Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan jumlah ritel yang terdapat di suatu negara dapat menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional.
Airlangga menyebut, berdasarkan laporan World Bank pertumbuhan sektor konsumsi atau ritel di Indonesia terus tumbuh sejak 2022. Mal di Indonesia termasuk dalam jajaran pusat perbelanjaan yang terbaik dan modern khususnya pada wilayah Jakarta.
"Berapa jumlah Alfamarat, Indomaret, Ace Hardware, itu menjadi indikator ekonomi nasional. Berapa outlet daripada iBox, itu juga jadi indikator daya beli ritel kita," ujar Airlangga dalam pembukaan Indonesia Retail Summit 2024 di Jakarta, Rabu.
Airlangga menyampaikan, sektor ritel di Jakarta kuat lantaran pendapatan per kapitanya sudah melewati jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Rata-rata pendapatan di Jakarta, sebut Airlangga, telah mencapai 20.000 dolar AS atau Rp300 juta per tahun. Hal ini yang mendorong berdirinya sejumlah pusat-pusat perbelanjaan.
"Sebetulnya kalau kita monitor pertumbuhan ekonomi itu bisa monitor, jenis ritel di kota itu bisa mencerminkan berapa level income per kapita," katanya.
Lebih lanjut, Pemerintah akan terus menjaga daya beli masyarakat kelas menengah dengan memberikan berbagai program dukungan seperti bantuan iuran untuk BPJS Kesehatan, kartu prakerja hingga subsidi energi.
"Jadi inilah program bantalan yang dilakukan oleh pemerintah agar setiap masyarakat punya akses saving untuk daya beli dan juga untuk ke depan. Middle class kita kan cirinya adalah yang dibeli atau yang dibelanjakan itu beyond food and beverage, jadi selain makanan dan minuman," ucap Airlangga.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menko Airlangga sebut jumlah ritel jadi indikator pertumbuhan ekonomi
Menko Airlangga: Jumlah ritel jadi indikator pertumbuhan ekonomi
Rabu, 28 Agustus 2024 13:24 WIB