Ternate (Antara Maluku) - Kota Ternate, Maluku Utara, rawan mengalami krisis air bersih, jika PDAM setempat hanya mengandalkan air bawah tanah sebagai sumber air untuk melayani masyarakat di daerah ini.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Malut Raden Sarwono Rahmat mengatakan di Ternate, Jumat, sumber air bersih yang digunakan PDAM Ternate untuk melayani masyarakat semuanya dari sumur bor dan ini sangat rawan karena potensi air bawah tanah di daerah ini sangat terbatas.
Sesuai hasil penilitian tahun 2008, potensi air bawah tanah di Ternate hanya 125 liter per detik, sementara kebutuhan air bersih yang disedot PDAM melalui sumur bor sebanyak 350 liter per detik dan jumlah ini dipastikan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih masyarakat.
"Daratan Pulau Ternate tidak terlalu luas untuk menyimpan air apalagi banyak kawasan hutan sebelumnya menjadi daerah resapan air kini telah berubah menjadi daerah pemukiman sehingga air hujan sebagian besar langsung mengalir ke laut," katanya.
Oleh karena itu, PDAM Ternate dan Pemkot Ternate harus sejak dini melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya krisis air bersih tersebut, misalnya dengan menjajaki kemungkinan pemanfaatan air Danau Tolire sebagai sumber air bersih.
Selain itu, kata Raden Sarwono Rahmat, Pemkot Ternate harus memperbanyak pembangunan sumur resapan air hujan di berbagai wilayah daerah ini, agar air hujan yang turun tidak semuanya mengalir ke laut.
Pemkot sebaiknya mengeluarkan regulasi misalnya dengan peraturan daerah yang mewajibkan setiap rumah warga, kantor pemerintah dan swasta di Kota Ternate memiliki sumur resapan, sehingga pemkot tidak perlu mengeluarkan dana APBD yang cukup besar untuk pembangunan sumber resapan itu.
Ia manambahkan pemkot juga harus mengendalikan pengalihfungsian kawasan hutan menjadi area pemukiman serta memperbanyak membangun kawasan hijau untuk meningkatkan resapan air hujan di dalam tanah.