Ambon (ANTARA) - Guru Besar bidang Perikanan dan Kelautan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku Prof Yoise Lopulalan mengemukakan bahwa penerapan perikanan modern berperan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir di daerah itu.
“Perikanan modern menghadirkan teknologi canggih, armada penangkapan besar dengan alat tangkap yang efektif,” kata Prof Yoise di Ambon, Jumat.
Menurut dia, dengan beragam terobosan dan pembaruan yang dihadirkan, konsep perikanan modern ini dapat memungkinkan nelayan di wilayah kepulauan seperti Maluku untuk memiliki waktu operasi panjang di daerah penangkapan yang jauh, serta produksi dan produktivitas yang tinggi dengan orientasi pasar yang luas.
Pasalnya saat ini di Maluku sendiri masih banyak wilayah pesisir yang masyarakatnya menggunakan sistem tradisional dalam melakukan penangkapan ikan di lautan. Alhasil saat tangkapan dibawa ke daratan kualitas ikan atau tangkapan tersebut sudah tak segar lagi.
Berkaitan dengan hal itu, kata Lopulalan, posisi sosial nelayan sangat menarik untuk dicermati karena di kebanyakan masyarakat, nelayan memiliki status yang sangat rendah sehingga sulit mengakses teknologi perikanan modern.
“Sebagai contoh, di India, kebanyakan nelayan berasal dari kasta rendah. Di Jepang, saat ini nelayan juga mengalami degradasi status, sehingga Jepang menghadapi masalah regenerasi nelayan karena sedikitnya kalangan muda yang bersedia menjadi nelayan, meskipun dijanjikan berbagai fasilitas subsidi dari pemerintah,” katanya.
Ia melanjutkan bahwa rendahnya posisi nelayan juga diakibatkan oleh keterasingan mereka. Keterasingan ini menyebabkan masyarakat bukan nelayan tidak mengetahui lebih jauh tentang dunia nelayan.
Keterasingan tersebut terjadi karena sedikitnya waktu dan kesempatan nelayan untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
“Hal ini disebabkan oleh banyaknya alokasi waktu nelayan untuk kegiatan penangkapan ikan dibandingkan untuk bersosialisasi dengan masyarakat non nelayan yang secara geografis relatif jauh dari pantai,” tuturnya.
Ia menambahkan jika melihat kondisi nelayan di Indonesia sendiri saat ini berada pada fase sangat memprihatinkan. Mereka masih terjerat oleh kemiskinan, baik kemiskinan kultural maupun struktural. Mereka juga terbelenggu oleh kemiskinan ekonomi, informasi, permodalan, pendidikan, kesehatan, bahkan politik.
“Untuk mengetahui tingkat pendapatan nelayan, bisa dilakukan dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari. Indonesia memiliki potensi lestari sebesar 6,26 juta ton per tahun, namun produksi nelayan Indonesia per harinya hanya mencapai 5,5 kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Rusia (140 kilogram/nelayan/hari), Jepang (70 kilogram/nelayan/hari), dan Amerika (100 kilogram/nelayan/hari).
“Pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh ketergantungan pada ekosistem yang rentan rusak, ketergantungan pada musim, ketergantungan pada pasar, intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan yang berpihak pada nelayan sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini,” kata dia.
Maka dari itu dibutuhkan upaya pemerintah untuk memberikan semacam pengenalan, pelatihan disertai pengawasan menggunakan teknologi perikanan modern kepada para nelayan di wilayah kepulauan agar potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik.