Ternate (Antara Maluku) - Pemerintah Provinsi Maluku Utara terus berupaya agar setiap komoditas perikanan yang dipasarkan dari daerah ini, baik untuk tujuan antar-pulau maupun ekspor, sudah berbentuk olahan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Malut Martinus Jawa mengatakan di Ternate, Minggu, komoditas hasil perikanan yang dipasarkan dari Malut selama ini umumnya dalam bentuk mentah, sehingga tidak memberi nilai tambah secara signifikan bagi daerah dan nelayan setempat.
Oleh karena itu, Pemprov Malut terus mendorong hadirnya investor untuk membangun industri pengolahan hasil perikanan di daerah ini agar setiap komoditas perikanan yang akan dipasarkan nanti semuanya sudah dalam bentuk olahan, minimal sudah setengah jadi.
Ia mengatakan, pengembangan Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) perikanan diharapkan akan mempercepat terealisasinya hal tersebut, karena di Morotai nantinya akan menjadi pusat pengembangan industri perikanan di wilayah Indonesia Timur.
Puluhan investor perikanan, baik dari dalam maupun luar negeri telah menyatakan minatnya untuk membangun industri perikanan di Pulau Morotai, di antaranya konsorsium perusahaan perikanan dari Taiwan yang akan menanamnkan investasi Rp30 triliun lebih.
Martinus mengatakan, komoditas olahan perikanan itu diharapkan tidak hanya dihasilkan oleh industri perikanan berskala besar, tetapi juga oleh pengusaha kecil dan masyarakat melalui kegiatan industri rumahan.
Di Malut ada sejumlah komoditas olahan perikanan yang merupakan hasil industri rumahan, di antaranya ikan fufu, yakni ikan cakalang dan tuna yang diolah melalui proses pengasapan menggunakan arang dan ramuan bumbu tradisional.
"Disperindag Malut terus meningkatkan kemampuan para pengusaha industri rumahan asap itu, baik dari segi proses pengolahan maupun pengemasannya agar bias diterima konsumen di daerah lain," katanya.