Ambon (Antara Maluku) - Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Benny Kainama, menyatakan bahwa sebanyak 20 sekolah formal di daerah itu mulai menerapkan pendidikan inklusif, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
"Setelah deklarasi dan penandatanganan MoU dengan UNESCO terkait kota inklusif pada 6 September 2014, sekolah formal di Ambon mulai menerapkan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas," katanya di Ambon, Kamis.
Menurut dia, sekolah formal untuk seluruh tingkatan mulai diterapkan, agar penyandang disabilitas dapat menikmati pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.
Tidak ada alasan penyandang cacat ditolak di sekolah formal, bukan hanya di Sekolah Luar Biasa (SLB), karena Ambon telah tetapkan sebagai Kota Inklusif, katanya.
"Kami memberi kesempatan kepada anak-anak penyandang cacat yakni keterbatasan fisik dan mental untuk menikmati pendidikan di sekolah umum bersama anak normal lainnya," katanya.
Benny mengatakan bahwa sekolah inklusif bukan hanya untuk penyandang disabilitas tetapi juga untuk siswa berbakat istimewa, khusus, serta anak yang memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata.
"Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan sarana dan prasarana serta infrastruktur. Karena itu kami berupaya menyiapkan 20 persen fasilitas untuk kaum disabilitas," ujarnya.
Ia menjelaskan pihaknya juga akan melakukan pelatihan bagi guru pendamping khusus (GPK) di sekolah formal untuk melayani siswa disabilitas.
Guru umum, lanjutnya, tidak mungkin bisa melayani siswa disabilitas, karena akan melakukan pelatihan, menyiapkan buku dan para guru akan diberikan insentif.
"Upaya ini telah berjalan sejak tahun 2013, penerapannya dimulai di SMAN 5 dan SMAN 3 , serta SMPN 19, semua ini dimulai dengan dana rangsangan. kami berharap seluruh sekolah memiliki motivasi untuk menjalankan kota inklusif," kata Benny.
Diakuinya, sarana dan prasarana kota inklusif mulai diterapkan di Ambon, tetapi dukungan pemerintah pusat dimulai tahun 2014.
"Hal ini dilakukan setelah Wali Kota, Richard Louhenapessy, bertemu Dirjen, dan setelah melihat minat dan motivasi Pemkot Ambon untuk menerapkan kota inklusif," tandasnya.
Benny menambahkan berbagai fasilitas publik telah dibangun namun belum semuanya memberikan akses pada kaum difabel.
"Salah satunya adalah pembangunan fasilitas pendukung di Balai Kota serta Sekolah Luar Biasa yang terletak di Jalan Tulukabessy yang sampai saat ini terkendala akibat persoalan lahan. Kami berupaya seluruh masalah ini dapat diselesaikan guna mewujudkan Ambon sebagai kota inklusif," ujarnya.