Ambon (ANTARA) - Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025 Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Ambon mengajak siswa di daerah itu mencegah kekerasan pada anak.
“Kegiatan ini kami kemas dalam bentuk sosialisasi bertema Fenomena kekerasan dan kenakalan di kalangan remaja pada SMP PGRI 2 Ambon, untuk mengajak siswa untuk memahami dan mencegah berbagai bentuk kekerasan terhadap anak,” kata Kepala Bapas Ambon Ellen M. Risakotta di Ambon, Rabu.
Ia menjelaskan sosialisasi tersebut diikuti lebih dari 50 siswa kelas VII hingga IX dan menghadirkan Ikatan Pembimbing Kemasyarakatan Indonesia (Ipkemindo) sebagai pemateri.
Ellen menyatakan sosialisasi ini merupakan bagian dari kontribusi institusinya dalam memperingati HAN secara substantif.
“Peringatan Hari Anak harus dimaknai sebagai momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak, terutama dari kekerasan yang sering terjadi secara tersembunyi di lingkungan sosial mereka,” ujarnya.
Menurutnya, kekerasan tidak hanya berupa tindakan fisik, tetapi juga bisa berupa ejekan, candaan sarkas, hingga pengucilan yang berdampak pada psikologis korban.
Pihaknya mengajak siswa untuk lebih peka terhadap ucapan dan tindakan dalam pergaulan sehari-hari serta menghindari perilaku seperti menyebarkan gosip atau bercanda berlebihan.
Selain itu siswa juga diberi pemahaman bahwa kenakalan remaja seperti tawuran atau penyalahgunaan media sosial dapat berujung pada masalah hukum.
Sebagai upaya pencegahan, siswa diajak membangun empati, menjaga komunikasi yang sehat, dan berani melapor jika melihat atau mengalami kekerasan. Sekolah dan keluarga turut didorong berperan aktif menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi anak-anak.
Sosialisasi ini berlangsung selama dua jam dan diselingi sesi tanya jawab interaktif. Sejumlah siswa mengaku mendapatkan wawasan baru dari materi yang disampaikan. Salah satunya, Aldo mengungkapkan bahwa ia kini memahami pentingnya menjaga ucapan dalam bergaul.
Melalui kegiatan ini, Bapas Ambon menyatakan akan terus mendorong kegiatan edukatif di sekolah-sekolah sebagai bagian dari pendekatan preventif terhadap kekerasan dan kenakalan remaja.