Ambon (Antara Maluku) - Sebanyak 24 sekolah formal di kota Ambon mulai menerapkan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus, kata Kepala Dinas Pendidikan setempat, Benny Kainama.
"Setelah deklarasi dan penandatanganan MOU dengan UNESCO terkait kota inklusif pada 6 September 2014, 24 sekolah formal tingkat SD dan SMP di Ambon mulai menerapkan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas," katanya di Ambon, Kamis
Menurut dia, sekolah formal untuk seluruh tingkatan mulai diterapkan, agar penyandang disabilitas dapat menikmati pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.
Penerapan pendidikan inklusif berarti tidak ada alasan penyandang cacat ditolak di sekolah formal, dan hanya diterima di Sekolah Luar Biasa (SLB)
"Kami memberi kesempatan kepada anak-anak penyandang cacat yakni keterbatasan fisik dan mental untuk menikmati pendidikan di sekolah umum bersama anak normal lainnya," katanya.
Benny mengatakan bahwa sekolah inklusif bukan hanya untuk penyandang disabilitas tetapi juga untuk siswa berbakat istimewa, khusus, serta anak yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.
Rapat koordinasi pendidikan inklusif lanjutnya yang dilakukan di Yogjakarta pekan lalu sebanyak 15 kota di Indonesia ditetapkan sebagai kota inklusif periode dua.
"Ambon termasuk dalam periode satu yakni 18 kota , kami berharap ke depan semakin banyak kota yang menerapkan pendidikan Inklusif," ujarnya.
Diakuinya, pemerintah memiliki kewajiban menyediakan sarana dan prasarana serta infrastruktur. Karena itu kami berupaya menyiapkan 20 persen fasilitas untuk kaum disabilitas.
"Tahap awal dengan penyediaan akses jalan, tetapi untuk fasilitas penunjang pendidikan masih dalam tahapan perencanaan karena keterbatasan dana APBD," tandas Benny.
Ia menjelaskan, pihaknya juga akan melakukan pelatihan bagi guru pendamping khusus (GPK) di sekolah formal untuk melayani siswa disabilitas.
Guru umum, lanjutnya, tidak mungkin bisa melayani siswa disabilitas, karena akan melakukan pelatihan, menyiapkan buku dan para guru akan diberikan insentif.
"Upaya ini telah berjalan sejak tahun 2013, penerapannya dimulai di SMAN 5 dan SMAN 3 , serta SMPN 19, semua ini dimulai dengan dana rangsangan. kami berharap seluruh sekolah memiliki motivasi untuk menjalankan kota inklusif," kata Benny Kainama.