Ambon, 29/9 (Antara Maluku) - Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kembudpar) Esti Reko Astuti menyarankan Pemerintah Provinsi Maluku untuk mengubah cara dan pola mempromosikan potensi pariwisata di daerah setempat.
"Perlu diakui potensi wisata di Kawasan Timur Indonesia, termasuk Maluku sangatlah besar, tetapi promosinya yang dilakukan selama ini masih parsial atau sepotong-sepotong," kata Esti Reko Astuti di Ambon, Selasa.
Esti yang berada di Ambon dalam rangka menghadiri Pesta Teluk Ambon tahun 2015 menegaskan, cara promosi yang parsial menyebabkan potensi pariwisata Maluku tidak dapat dipromosikan dengan baik dan terarah.
Esti mengakui, Pemprov Maluku mulai gencar mempromosikan potensi pariwisata yang dimiliki, namun hendaknya tidak hanya untuk destinasi wisata tertentu saja, tetapi secara menyeluruh untuk memperkenalkan berbagai potensi yang dimiliki.
Cara promosi yang parsial, menurut Esti menyebabkan angka arus kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri ke Maluku belum mengalami peningkatan siginifikan.
"Arus kunjungan wisatawan ke Maluku memang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi jumlahnya belum terlalu siginifkan dan baru mencapai level puluhan ribu orang setiap tahun. Hal ini karena promosi yang masih kurang dibanding daerah lainnya di kawasan Indonesia Timur," katanya.
Dia mencontohkan, kawasan wisata Raja Ampat di provinsi Papua Barat, malah lebih menarik dan mampu menyedot perhatian wisatawan untuk berkunjung, di mana jumlah angka kunjungannya meningkat siginifikan dari tahun ke tahun.
"Padahal Maluku memiliki potensi wisata bahari yang luar biasa indahnya dan tidak kalah dibanding Raja Ampat. Promosinya perlu ditingkatkan dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan," katanya.
Potensi wisata bahari Maluku yang masih tergolong alamiah merupakan salah satu keunggulan yang bernilai jual tinggi untuk menarik minat dan arus kunjungan wisatawan, di mana promosinya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak berkompeten untuk pengembangannya di masa mendatang.
Bila perlu, tandas Esti promosinya dilakukan melalui kerja sama dengan provinsi tetangga seperti Papua, Papua Barat dan Maluku Utara.
"Saya sudah menyampaikan kepada Gubernur Said Assagaff agar kegiatan promosi pariwisata Maluku tidak dilakukan secara parsial, tetapi bisa bekerja sama dan menggandeng provinsi tetangga," katanya.
Dia menambahkan, arus kunjungan wisatawan mancanegara ke kawasan Timur yang umumnya didominasi dari negara-negara Eropa dan jumlah terus mengalami peningkatan, perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin mengingat waktu kunjungan wisatawan Eropa lebih lama dibanding dari negara-negara lain.
Kemenparekraf, tandas Esty terus mendorong dinergitas antara kalangan industri pariwisata dengan pemerintah termasuk di Maluku untuk ikut terlibat mempromosikan potensi keindahan pariwisata di berbagai daerah agar lebih dikenal masyarakat dunia.
Saat ini, diperlukan langkah bersama di antara pelaku industri pariwisata dalam mempromosikan dunia kepariwisataan di Maluku. Bentuk kontribusinya bisa beragam, antara lain investasi, pengemasan, dan promosi paket-paket perjalanan wisata.
Selain itu, kemudahan akses menuju destinasi wisata merupakan tantangan yang diprioritaskan untuk diselesaikan termasuk pembangunan infrastruktur diikuti pembukaan rute ke destinasi baru serta kemasan atraksi wisatanya.
"Indonesia bagian timur menawarkan kekayaan alam dan budaya. Wisatawan asing dan domestik sudah mulai tertarik berkunjung ke sana. Apabila aksesibilitas wisatawan menuju destinasi wisata di Indonesia bagian timur ditambah, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan turis," ujarnya.