Ambon, 3/11 (Antara Maluku) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku yang siswa tertimpa musibah laut pada Minggu (18/10) sehingga menewaskan enam murid kembali aktif pada 3 November 2015.
Penjabat Bupati Kepulauan Aru, Angelius Renjaan, di Ambon, Selasa, mengatakan, telah menerima laporan dari Kadis Pendidikan Nasional setempat bahwa SMA Negeri 1 Ambon kembali aktif sebagaimana biasanya pada Selasa(3/11) pagi.
"Sekolah kembali aktif dengan dilakukan pembersihan oleh para guru maupun murid SMA Negeri 1 Ambon," ujarnya.
Angelius mengemukakan, pada akhir pekan lalu ia telah mengarahkan agar dijalin pertemuan antara para guru SMA Negeri 1 Dobo dengan para orang tua siswa yang mengalami musibah laut tersebut, dan mereka sepakat mengaktifkan kembali proses belajar mengajar.
"Syukurlah ada pengertian baik dari para orang tua siswa yang tewas sehingga tidak merugikan para murid karena sejak peristiwa naas itu aktivitas belajar mengajar dihentikan," katanya.
Bahkan, lanjutnya, para pimpinan agama, baik dari Kristen Protestan, Kristen Katholik dan Islam telah menyelenggarakan doa bersama di Dobo pada Senin (2/11) malam.
"Terpenting proses belajar mengajar kembali aktif dengan tidak mengabaikan penegakkan hukumn yang dilakukan Polres Kepulauan Aru," tegas Angelius.
Dia mengakui, kegiatan belajar di SMA Negeri 1 Dobo sempat terhenti karena masyarakat Kepulauan Aru, terutama para orang tua korban merasa marah.
Bahkan sekelompok orang sempat mendatangi lokasi sekolah dan melempari bangunan itu hingga memecahkan kaca jendela, dan peristiwa ini membuat para guru meminta perlindungan di Mapolres Pulau-Pulau Aru.
"Syukurlah Dinas Pendidikan dengan dukungan Polres Kepulauan Aru telah menangani masalah tersebut sehingga tidak menghambat proses pendidikan para siswa," kata Angelius.
Kasus tenggelamnya perahu cepat (speedboat) sedang ditangani penyidik Polres Kepulauan Aru dan telah ditetapkan tiga orang sebagai tersangka di antaranya Junus Tubay selaku penanggung jawab kegiatan siswa yang berangkat dari Dobo, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Aru ke Lamerang (Pulau Wokam).
Dua tersagka lainnya adalah pengemudi perahu bermesin, Adrial Watafuan (28) dan rekannya Adiyos Wamir, dimana penetapan tiga tersangka oleh polisi dilakukan setelah meminta keterangan belasan siswa yang menjadi saksi dalam musibah tersebut.