Saumlaki, 19/10 (Antara Maluku ) - Pemerintah desa Sangiat Dol, kecamatan Wertamrian, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) menelusuri keberadaan anjungan perahu batu yang hilang sejak April 2002.
Kepala desa Sangiat Dol, Aloysius Ratuanak, di Saumlaki, Rabu, mengatakan, hilangnya anjungan perahu batu sejak April 2002 sampai saat ini belum diketahui keberadaannya, makanya meminta perhatian dan dukungan Balai Arkeologi Nasional.
"Hilangnya anjungan perahu batu diketahui saat para nelayan hendak pergi melaut. Setelah itu pemerintah bersama masyarakat mencari tetapi tidak menemukan jejak pelaku, dan hingga saat ini belum menemukan peninggalan sejarah para leluhur," ujarnya.
Menurut dia, perahu batu merupakan aset sejarah dan budaya masyarakat Sangiat Dol yang terus dilestaikan hingga saat ini, bahkan telah menjadi objek budaya dan wisata di MTB.
Perahu batu merupakan tempat ritual adat para lelulur yang terus dilestarikan hingga saat bagi generasi muda.
Selain itu sebagi tempat untuk musyawarah dalam mencapai kesepakatan bersama oleh empat Soa yakni Masriat, Batfian, Ayowembun disebut juga Nditiniyowe, dan Bwariat.
"Perahu batu ini tempat sakral tidak sembarang orang dapat naik ke parahu tersebut. Hanya para tua-tua adat maupun tuan tanah yang dapat naik, bahkan masyarakat sekitar pun tidak diperbolehkan," katanya.
Ia menjelaskan, informasi yang dihimpun pihaknya dari salah satu wisatawan asing yang berkunjung ke objek wisata perahu batu bahwa aset sejarah dan budaya itu saat ini berada di Paris.
"Kami belum bisa menindaklanjuti Informasi karena berbagai keterbatasan untuk ke Paris," ujar Aloysius.
Pihaknya hanya mampu menjajaki ke tingkat kabupaten dan terbatas untuk ke tingkat yang lainnya sehingga Balai Arkeologi Nasional dapat menyampaikan ke tingkat pusat.
"Kami tidak berharap untuk dibuatkan duplikat anjungan perahu batu. Pastinya, rindu untuk mengembalikan kembali anjungan yang hilang tersebut, karena diatas perahu batu ini biasanya menyampaikan doa dan harapan kepada Tuhan demi kesejahteraan masyarakat Sangiat Dol," tandasnya.
Sedangkan, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Gria mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman untuk menyampaikan keinginan masyarakat Sangiat Dol dalam melestarikan sejarah.
Keinginan masyarakat untuk melestarikan aset budaya yang hilang atau rusak akan disampaikan. Arkenas dengan kajian riset sebagai dasar untuk juga menyampaikan ke kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Arkernas bersama Balai Arkeologi Maluku juga akan melakukan program membumikan hasil riset, sebagai bentuk kepedulain kepada masyarakat di seluruh pelosok Maluku. Tujuannya agar masyarakat melihat dan peduli terhadap budaya karena kedepan akan menjadi bagian dari dasar pembangunan berkelanjutan," katanya.