Ambon, 15/1 (Antara Maluku) - Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy - Syarif Hadler yang memakai sebutan "PAPARISSA BARU" menyatakan keinginan membangun monumen kebangsaan di Desa Wayame, Teluk Ambon.
"Wayame sejak dulu terkenal sebagai laboratorium kerukunan umat beragama dan keharmonisan hidup masyarakat kota Ambon, dan karena itu jika terpilih untuk memimpin kembali kota ini, kami akan membangun monumen kebangsaan di desa ini," kata Richard Louhenapessy.
Ia menyampaikan hal itu lewat telepon yang diperdengarkan lewat pengeras suara, saat berlangsung kampanye terbatas di kompleks permukiman BTN Wayame, Minggu malam.
Richard juga meminta maaf tidak dapat hadir langsung, karena ada tugas yang tidak bisa ditinggalkannya.
"Saya dihadapi pilihan dilematis antara hadir di tengah bapak dan ibu di Wayame dan mendampingi Gubernur Maluku di Jakarta. Meskipun demikian, kecintaan dan kepedulian saya kepada warga masyarakat di Wayame tidak berkurang sedikitpun," katanya.
Masyarakat Wayame, kata Richard, telah mengukir sejarah dan memberikan kontribusi paling besar untuk keharmonisan, kebangsaan dan nasionalisme bagi kehidupan seluruh masyarakat kota Ambon.
"Saya dan Pak Syarif Hadler bertekad untuk memprioritaskan keharmonisan dan keamanan di kota Ambon, karena hanya dengan keamanan semua program untuk membangun kota dan masyarakat bisa berjalan dengan baik, dan karena itu harus ada monumen kebangsaan di Wayame," katanya.
"Sebagai penutup, saya ingin menegaskan bahwa kami berdua mempunyai komitmen melayani masyarakat, bukan semata-mata mencari jabatan atau kekuasaan," tandasnya.
"Duda dan Janda"
Kampanye terbatas "PAPARISSA BARU" di Wayame dihadiri ratusan warga BTN dan sekitarnya termasuk dari Kamiri dan Taeno.
Syarif Hadler yang datang bersama isteri didampingi tiga juru kampanye dari tiga partai politik pendukung PAPARISSA BARU, yakni Zeth Formes (Golkar), Novan Li (PPP), dan Mauritz Tamaela (Nasdem).
Dalam orasi politiknya, Zeth mengungkapkan data keberhasilan kepemimpinan Richard Louhenapessy sebagai Wali Kota Ambon periode 2011-2016 yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi ibu kota Maluku itu dari 3 persen pada 2011 menjadi 6,3 persen pada 2016, dengan PDRB di atas 7 persen.
"Selama lima tahun itu pula Kota Ambon meraih penghargaan Adipura sebanyak lima kali secara berturut-turut," katanya.
Sementara Novan Li menyatakan, pada 2011 Kota Ambon berada dalam posisi defisit keuangan akibat utang, tetapi dalam lima tahun kepemimpinan Richard utang-utang itu berhasil dilunasi.
"APBD Kota Ambon saat Pak Richard dilantik menjadi wali kota tahun 2011 hanya Rp700 milyar, tetapi pada 2016 meningkat menjadi Rp1,2 triliun. Ini sebuah prestasi yang tidak bisa dipungkiri," katanya.
Sementara Mauritz Tamaela mengatakan bahwa Nasdem, PPP dan Golkar memberikan rekomendasi kepada "PAPARISSA BARU" karena pasangan tersebut terbukti bersih dari masalah hukum.
Ia juga mengatakan, "PAPARISSA BARU" memang hanya didukung oleh tiga partai politik dengan kekuatan 10 kursi di DPRD Kota Ambon, tetapi di balik itu ada kekuatan koalisi besar yang datang dari masyarakat.
Adapun Syarif Hadler, dalam orasi politiknya, kembali menegaskan bahwa kekuasaan dan jabatan bukanlah tujuan akhir yang hendak diraih oleh dirinya bersama Richard Louhenapessy.
"Yang kami inginkan adalah melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Saya memilih berpasangan dengan Pak Richard karena beliau memang telah terbukti mampu membuat kota Ambon maju dan sejajar dengan kota-kota lain di Indonesia," katanya.
Berbicara tentang kesejahteraan masyarakat, Syarif menyatakan selama lima tahun terakhir Kota Ambon sudah sangat maju, terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat.
"Dari defisit tahun 2011, Pak Richard berhasil membuat keuangan kota Ambon bangkit, dan saat beliau turun ada surplus Rp90 miliar. Saya kira ini luar biasa dan tidak seorang pun bisa menyangkalnya," katanya.
Ia juga menyatakan di era kepemimpinan Richard ada 4 kontrak besar yang dibuat, yakni pembangunan Siloam International Hospital dan tiga hotel bintang lima, di antaranya akan dibangun di Kayu Tiga dan sekitar Teluk Ambon.
"Itu semua akan membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat kota ini," katanya.
Menyinggung kepemimpinan lima tahun ke depan, jika "PAPARISSA BARU" terpilih sebagai pemenang, Syarif mengibaratkan dirinya sebagai seorang janda dan Richard Louhenapessy sebagai duda.
"Mengapa? Karena kami berdua memang pernah menjadi pemimin kota ini. Pak Richard selama lima tahun terakhir, 2011 sampai 2016, sedangkan saya adalah Wakil Wali Kota Pertama saat berpasangan dengan Jopie Papilaja selama 2000-2005," katanya.
"Kalau duda dan janda baku dapa (bersatu), bapak dan ibu tau jua, su pengalaman to, jadi pasti bisa memimpin dengan lebih baik," katanya.
Pada penghujung orasinya, Syarif Hadler memaparkan hasil survei LSI (Lembaga Survei Indonesia) menempatkan PAPARISSA BARU lebih unggul dibandingkan pasangan PANTAS (Paulus Kastanya-M.A.S Latuconsina) yang didukung sembilan partai politik yakni PDIP, Gerindra, Demokrat, Hanura, PAN, PKS, PKB, PBB, dan PKPI .
Berdasarkan survei tersebut, PAPARISSA BARU meraih dukungan 53,3 persen suara responden, sementara PANTAS mendapat 33,7 persen dan sisanya belum memutuskan memilih pasangan yang mana.
"Itu hasil survey kedua yang dilakukan bulan Desember 2016. Kalau posisi itu tidak berubah, insha Allah kami akan keluar sebagai pemenang," katanya.
"PAPARISSA BARU" Ingin Bangun Monumen Kebangsaan
Minggu, 15 Januari 2017 23:26 WIB