Kisah Cinta Soekarno-Fatmawati
Selasa, 5 Oktober 2010 10:03 WIB
"Fat, sekarang terpaksa aku mengeluarkan perasaan hatiku padamu. Dengarkan baik-baik". Tanpa menunggu jawabanku, bapak melanjutkan pertanyaan,
"Begini Fat....sebenarnya aku jatuh cinta padamu pertama kali aku bertemu denganmu, waktu kau ke rumahku dahulu pertama kali. Saat itu kau terlalu muda untuk menerima pernyataan cintaku. Oleh sebab itu aku tidak mau mengutarakan. Nah baru sekarang inilah aku menyatakan cinta padamu Fat?"
Bapak diam sejenak dan terus memandangku dengan penuh perasaan, bertanya, "Apakah kau cinta padaku?"
"Bagaimana Fat cinta pada Bapak, bukankah Bapak mempunyai anak dan istri?" jawabku sambil dirundung keheranan dan emosi.
Kutipan dialog cinta Soekarno kepada Fatmawati itu tertulis dalam buku otobiografi berjudul "Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno" yang diterbitkan pertama kali pada 1978.
Tapi bukan Soekarno, jika punya jurus untuk menaklukan wanita.
Maka dialog cinta itu berlanjut, "Aku tak mempunyai anak. Aku sudah 18 tahun kawin dengan Inggit, dan aku tak dikaruniai seorang anak pun jua. Istriku pertama bernama Sundari, puteri dari Bapak Tjokroaminoto. Dalam keadaan suci Sundari kukembalikan pada orang tuanya, sedangkan Ratna Juami adalah anak saudara perempuan Inggit, dia sejak kecil kita ambil Fat, jadi tegasnya ia anak angkat kami," demikian Bung Karno berkata.
Hal-hal dan keterangan ini belum pernah kuketahui dan belum pernah terpikirkan olehku sebelumnya.
Bung Karno mendesak,"Fat, kau cinta padaku?"
Aku berpikir Bapak mempunyai istri, aku jadi bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Aku hanya mampu berkata,"Fat kasihan sama Bapak," dengan singkat.
"Aku tak mau Fat kasihan padaku, tetapi kau harus katakan bahwa kau cinta padaku. Ketahuilah Fat aku bingung untuk menjawab ibuku di Blitar, berulang kali beliau menyurati kapan ia diberi cucu laki-laki."
Dikatakannyalah bahwa mbakyunya sudah mempunyai empat orang putra.
"Aku dalam pembuangan. Hanya kaulah seorang jadi penghiburku, Jika aku berada di Jakarta dapat aku berunding dengan Moh Husni Thamrin atau Mr Sartono dan lain-lainnya. Siapa yang akan memiliki buku-buku yang kau lihat di kamarku itu? Aku ingin satu anak laki-laki, satu saja, kalaupun lebih, syukur Alhamdulillah."
"Aku seorang pemimpin rakyat yang ingin memerdekakan bangsanya dari Belanda, tapi rasanya aku tak sanggup meneruskan jika kau tak menunggu dan mendampingi aku. Kamu cahaya hidupku untuk meneruskan perjoangan yang maha hebat dan dahsyat."
Sungguh suatu rayuan yang sangat maut... Dan sejarah kemudian mencatat, Fatmawati akhirnya takluk dalam pelukan Soekarno.
Fatmawati pertama kali bertemu Soekarno pada tahun 1938, saat Fatmawati ikut bersama kedua orang tuanya Hasan Din dan Siti Chadijah, berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Anggut Bengkulu.
Sedangkan pernyataan cinta yang juga rayuan maut itu dikatakan Soekarno saat berkunjung ke rumah keluarga Fatmawati di Pasar Minggu Bengkulu, pada tahun 1939 sekitar pukul 10 pagi.
Setelah melalui proses selama 4 tahun, akhirnya Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, saat Fatmawati berusia 20 tahun. Uniknya, pernyataan cinta itu terjadi ketika Fatmawati meminta nasihat kepada Bung Karno bagaimana baiknya menghadapi lamaran seorang pemuda yang tinggal di Pasar Marlborough Bengkulu. Kebetulan Bung Karno tahu sifat pemuda itu karena beliau kenal baik dengan orang tuanya.
"Sumber Referensi"
Dialog-dialog dan catatan kisah cinta yang tertulis dalam buku tersebut, tentu menjadi salah satu sumber referensi sangat penting, untuk mendukung produksi film sejarah kisah cinta Soekarno dan Fatmawati di Bengkulu, yang direncanakan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Bengkulu.
"Kami merencanakan untuk membuat film kisah percintaan Presiden pertama Republik Indonesia yakni Soekarno dengan Fatmawati di Bengkulu," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Provinsi Bengkulu Ali Berti.
Ia mengatakan, pembuatan film tersebut bertujuan untuk mempromosikan Bengkulu ke tingkat nasional maupun internasional.
"Alasannya kisah cinta Bung Karno dan Fatmawati tergolong unik dan hanya terjadi di Bengkulu," katanya.
Ia mengatakan, bila film tersebut diproduksi maka lokasi syutingnya pasti akan berlangsung di Bengkulu.
"Dengan demikian para penonton akan penasaran dan berminat berkunjung ke Bengkulu sehingga diharapkan daerah ini semakin maju," katanya.
Ia menambahkan, beberapa tokoh masyarakat Bengkulu yang telah dihubungi mendukung rencana tersebut.
"Kami akan mengusulkan biaya untuk pembuatan film tersebut dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Bengkulu pada 2011 yang besarnya diperkirakan mencapai Rp2,5 miliar," katanya.
Rencana ini terinspirasi dari suksesnya film Laskar Pelangi yang berhasil membawa kemajuan bagi daerah Bangka Belitung.
Sementara itu, seluruh keluarga Fatmawati di kawasan Penurunan Kota Bengkulu mendukung rencana pemerintah daerah membuat film dokumenter tentang kisah cinta Soekarno dengan Fatmawati.
"Kami sangat mendukung rencana pemerintah Provinsi Bengkulu membuat film tentang kisah percintaan Bung Karno dengan Fatmawati di Bengkulu ini asalkan narasumbernya jelas," kata Samani (75) salah seorang sepupu tertua Fatmawati Soekarno di Bengkulu.
Ia mengatakan, sebelum pembuatan film tersebut hendaknya pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya banyak mencari informasi kepada keluarga Fatmawati.
"Agar alur cerita dan kejadiannya tidak salah sebaiknya mereka bertanya terlebih dahulu kepada pihak yang lebih tahu dan mencari referensi di buku-buku yang menceritakan kisah Soekarno-Fatmawati salah satunya berjudul Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno," katanya. (Methatias Ayu Moulina)