Denpasar (ANTARA) - "Rumah saya roboh, saya berusaha menyelamatkan anak dan istri saya dari reruntuhan bangunan. Tapi anak saya paling kecil, saya temukan sudah meninggal dunia terkena runtuhan atap dan batako," kenang warga Dusun Jatituhu, Desa Ban, Karangasem, I Nyoman Puja, yang merupakan ayah bocah malang, I Luh Meryani (3).
Ya, gempa bermagnitudo 4,8 yang berpusat di daratan Kabupaten Karangasem, Bali pada jarak 8 kilometer barat laut Karangasem dengan kedalaman 10 km pada Sabtu (16/10) pukul 04.18 Wita itu mengguncang Desa Trunyan di Bangli dan Desa Ban di Karangasem pada dini hari, sehingga warga kedua desa itu pun tidak sempat menyelamatkan diri saat bangunan miliknya roboh dan tanah di desanya pun longsor.
Pada peristiwa gempa bumi Sabtu dinihari itu, sebanyak dua orang warga di Desa Trunyan, Bangli meninggal dunia akibat tertimbun material longsor dampak terjadinya gempa.
Baca juga: Gladi ruang pedoman ketangguhan Maluku hadapi gempa dan tsunami, begini penjelasannya
Nyoman Puja berharap ada bantuan dari pemerintah, karena dirinya dan keluarga sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Selain itu, anak-anaknya yang mengalami luka-luka juga memerlukan pengobatan lanjutan, selain itu pula dirinya harus menggelar upacara pemakaman anaknya yang meninggal dalam situasi bencana.
Selain puluhan orang warganya mengalami luka-luka dan satu orang meninggal dunia, Posko Kantor Desa Ban-Karangasem hingga Sabtu (16/10/2021) pukul 18.00 Wita mencatat korban luka ringan (73 orang), rumah rusak berat (259 unit), rumah rusak ringan (366 unit), dan pura/tempat ibadah (101 unit).
Tidak hanya Kabupaten Karangasem, namun warga Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, juga mengalami nasib nahas serupa. Ada dua korban meninggal dunia dan belasan luka berat-ringan.
Bahkan, di Bangli, ada tiga desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, yang terisolasi akibat satu-satunya jalur darat yang menghubungkan wilayah mereka menuju Kota Bangli tertimbun material longsor. Tiga desa tersebut adalah Desa Trunyan, Desa Abangsongan dan Desa Abang Batudinding yang dihuni oleh ratusan kepala keluarga (KK).
"Transportasi warga saat ini tidak bisa melalui darat karena memang berdasarkan pengamatan kami ada empat titik longsoran dari Bukit Abang yang menutup jalur dari Desa Abang Batu Dinding sampai ke Desa Trunyan dengan material yang cukup banyak seperti pasir dan batuan besar," ujar Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bangli, Ketut Agus Sutapa.
Baca juga: Arsitek: Struktur rumah tua di Maluku tahan goncangan gempa, layak diterapkan
Hingga Sabtu (16/10) sore, akses jalan belum dapat dibuka karena sejumlah kendala yaitu cuaca yang kurang mendukung serta kondisi tanah yang masih labil, sehingga dapat membahayakan keselamatan tim yang akan membersihkan material longsor.
"Saya bersama teman-teman sudah di lokasi untuk melakukan pembersihan jalur, namun tiba-tiba ada material dan bongkahan batu besar dari atas, sehingga personel dan alat berat yang sudah disiapkan tidak dapat melanjutkan pembersihan," katanya.
Selama jalur darat tertutup longsor, warga tiga desa yang terisolasi apabila akan melakukan aktivitas dan bepergian menuju Kota Bangli, dapat menggunakan moda transportasi air melalui Danau Batur.
"Mudah-mudahan, besok pagi, kondisi cuaca dan tanah sudah stabil, sehingga kami bisa bekerja secara maksimal dan jalur yang tertutup material longsor bisa kembali dilalui oleh masyarakat," ungkap Ketut Agus Sutapa.
Tidak ketinggalan, jajaran Kodim 1626/Bangli pun mengerahkan 44 personel TNI untuk membantu evakuasi warga yang tertimbun longsor di wilayah Desa Trunyan. "Minggu (17/10) akan ada tambahan lagi 20-30 orang dari Yonzipur-18 dan gabungan dari Polri," kata Komandan Kodim 1626/Bangli Letkol Inf I Gde Putu Suwardana di Denpasar, Sabtu (16/10).
Baca juga: Gempa di Bitung akibat aktivitas lempeng Laut Maluku, begini penjelasan BMKG
Bukan Gempa Bali
Tidak hanya mengagetkan masyarakat Desa Trunyan (Bangli) dan Desa Ban (Karangasem) karena terjadi pada dini hari, gempa bermagnitudo 4,8 itu juga mengagetkan masyarakat di luar Bali, karena informasi yang diterima adalah "Gempa mengguncang Bali". "Denpasar aman ya," kata warga Surabaya yang bertanya kepada penulis tentang gempabumi itu.
Agaknya, penyebutan gempabumi berjenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal itu sebagai "Gempa Bali" itu kurang bijak, karena faktanya memang terjadi di desa-desa di Kabupaten Bangli dan Karangasem, bukan di seluruh Bali yang berjumlah sembilan kabupaten/kota dan satu provinsi.
Fakta terjadinya gempa "hanya" di Karangasem dan Bangli itu juga ditunjukkan dengan "gerak cepat" oleh Bupati Karangasem, I Gede Dana, bersama Wabup Karangasem, I Wayan Artha Dipa, yang langsung bergerak cepat turun ke lokasi terparah guncangan gempa itu, kemudian BPBD Bali mencatat adanya dua warga Trunyan yang meninggal dunia dan belasan luka-luka. Selain itu, Polres Bangli juga langsung menyalurkan paket sembako kepada masyarakat Desa Trunyan.
Humas Pemkab Karangasem dalam keterangan tertulis (16/10) melaporkan gempa itu telah membuat ratusan rumah milik warga di Desa Pempatan (Kecamatan Rendang) dan Desa Ban (Kecamatan Kubu) rusak parah dan bahkan ada yang roboh rata dengan tanah.
Bersama dinas terkait yakni BPBD dan Dinas Sosial, Bupati-Wabup Karangasem langsung turun ke Dusun Temakung dan Jati Tuhu, guna melakukan pemetaan kebutuhan, sekaligus meninjau kerusakan rumah warga yang diakibatkan oleh gempa. Dari dua desa itu, kerusakan terparah terjadi di Desa Ban, yakni di Banjar Bunga, Banjar Cegi, Banjar Temakung dan Banjar Jatituhu.
"Kami atas nama pemerintah menyampaikan duka cita mendalam terhadap satu orang warga yang meninggal akibat gempa ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan," kata Bupati Gede Dana dalam peninjauan lokasi bencana, Sabtu (16//10) sore.
Baca juga: Pemkot Ambon imbau pembangunan pakai konstruksi tahan gempa, antisipasi dampak bencana
Menyikapi kejadian bencana gempa bumi tersebut, Bupati Karangasem, I Gede Dana, memerintahkan Kadis Sosial dan BPBD Karangasem, untuk membangun tenda pengungsian dan memberikan batuan terpal untuk tenda tempat tinggal sementara.
"Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa cukup parah, bahkan ada banyak rumah yang roboh. Saya sudah perintahkan BPBD dan Dinas Sosial untuk segera melakukan penanganan pasca bencana. Untuk penanganan korban luka-luka, saya juga telah mengerahkan tim medis langsung ke lokasi beserta mobil ambulans," kata Bupati.
Data sampai Sabtu (16/10) pukul 18.00 Wita, Posko Kantor Desa Ban mencatat meninggal dunia (1 orang), luka ringan (73), rumah rusak berat (259 unit), rumah rusak ringan (366 unit), pura/tempat ibadah (101 unit).
Sementara itu, Polres Bangli menyalurkan 100 paket sembako kepada masyarakat Desa Terunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Paket sembako diserahkan oleh Waka Polres Bangli Kompol I Wayan Suka kepada para warga yang terdampak tanah longsor.
"Kami dari Polres Bangli menyerahkan sembako sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang terkena musibah, semoga masyarakat tegar dan bisa segera bangkit kembali," katanya saat penyerahan bantuan itu, Sabtu (16/10) sore.
Jadi, gempabumi tektonik itu mengagetkan karena terjadi pada dini hari, sehingga korban yang terdampak pun tidak sedikit, kemudian masyarakat luar Bali tidak tahu bahwa gempabumi bukan terjadi di Bali, namun hanya di sebagian Bangli dan Karangasem, sehingga sempat bertanya-tanya, karena penyebutan gempa itu perlu "di-lokal-kan" sebagai gempa Karangasem atau gempa M4,8, sebab fakta gempanya memang berpusat di Karangasem.
Baca juga: Pemprov Maluku tinjau rencana kontijensi gempabumi dan tsunami, begini penjelasannya
Ketika Gempa kagetkan warga Bangli-Karangasem dan warga luar Bali
Minggu, 17 Oktober 2021 14:58 WIB