Ambon (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku memperkirakan tingkat inflasi di Maluku pada Maret 2022 berada pada kisaran 0,3 persen hingga 0,7 persen yang dipicu oleh kenaikan harga komoditi minyak goreng.
"Kalau Februari 2022 Maluku mengalami inflasi 0,48 persen, maka pada Maret 2022 diperkirakan mengalami inflasi di kisaran 0,3 sampai 0,7 persen," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Maluku, Lukman Hakim, di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan harga kebutuhan pokok di Kota Ambon maupun Maluku pada beberapa waktu terakhir ini memang ada sedikit kenaikan, terutama dari komoditi minyak goreng kemasan.
Hal itu terjadi di seluruh Indonesia setelah pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan, sehingga harga jual minyak goreng mengikuti harga pasar dan mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
"Sekarang ini harga minyak goreng rata-rata Rp25 ribu per liter. Angka itu masih cukup tinggi dibandingkan dengan bulan lalu maupun seminggu yang lalu. Jadi kenaikan sekitar 28 hingga 30 persen," ujar Lukman.
Ia memastikan kenaikan harga minyak goreng diperkirakan akan memberikan sumbangan terhadap perhitungan inflasi cukup tinggi yakni sekitar 1,39 persen.
"Terjadi inflasi pada Maret 2022 karena faktor utama yaitu kenaikan harga minyak goreng, disamping itu juga ada beberapa komoditi yang mempunyai kecenderungan meningkat, misalnya harga telur ayam dan bawang merah maupun putih," kata Lukman.
Saat ini, ketiga komoditi penyumbang inflasi itu banyak disuplai oleh agen dari luar Maluku, dan kebetulan harga di tingkat produsen sedang mengalami kenaikan sehingga akan berpengaruh di Kota Ambon.
Lukman mengemukakan, pemasokan minyak goreng masih mencukupi, karena ada sekitar 300 ribu liter di wilayah sekitar. Jadi masih mencukupi untuk kebutuhan Maluku.
Sedangkan, harga cabai sejauh ini masih relatif stabil, dan belum ada kenaikan harga yang signifikan, mengingat produksi cabai di Ambon sendiri sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan,