Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut pagelaran Madani International Film Festival (Madani IFF) 2023 dapat memperkuat daya saing industri perfilman Tanah Air di kancah global.
“Jadi, program-program seperti ini memang untuk memperkuat ekosistem perfilman di Indonesia sehingga bisa berjejaring. Jadi, kalau kita sudah kuat secara nasional dan internal, kita akan percaya diri dan akan memiliki daya saing untuk ke kancah internasional,” ujar Pamong Budaya Perfilman Kemendikbudristek Marlina Machfud pada jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/9).
Pada kesempatan tersebut, Marlina mengungkap alasan Kemendikbudristek mendukung festival film berskala internasional yang memberikan gambaran kehidupan Muslim di berbagai belahan dunia itu.
Menurut dia, Madani IFF merupakan festival film yang unik, di mana selalu mengangkat berbagai film dari negara-negara yang kurang mendapat sorotan.
“Mungkin hanya Madani IFF yang peduli dengan isu-isu penting, Isu-isu humanisme, dan memang fokus negara yang sebenarnya membutuhkan banyak perhatian dari kita semua, dan film-nya emang telah dikurasi sehingga unik-unik dan sangat menarik, tentunya juga membawa banyak pesan penting, terutama dalam hal relaksasi beragama,” kata Marlina.
Dengan perhelatan ini, Marlina menyebut, para sineas hingga pelaku industri perfilman Tanah Air akan memiliki lebih banyak jejaring dalam industri tersebut di cakupan internasional, sehingga dapat mengembangkan industri film lokal.
Pada pagelaran gratis untuk publik ini, sebanyak 75 film dari 26 negara yang sebelumnya telah dikurasi dari lebih dari 1.700 film itu siap tayang untuk disaksikan bersama publik secara gratis, salah satu konsepnya dengan bioskop layar tancap yakni Madani Misbar. Selain itu, ada pula kompetisi pembuatan film pendek dan diskusi publik dengan mendatangkan berbagai narasumber lokal dan mancanegara.
Madani IFF 2023 akan dihelat pada 7-12 Oktober 2023 di beberapa tempat yakni Madani Misbar di area halaman Teater Besar, Teater Asrul Sani, dan Teater Sjuman Djaya di lantai empat Gedung Trisno Soemardjo, Taman Ismail Marzuki, Epicentrum XXI, Metropole XXI, dan Binus University Alam Sutera.
Mengusung tajuk “Buhul” yang berarti “simpul tali” yang mengikat kuat, festival yang diinisiasi oleh Mizan dan Pabrikultur, serta didukung Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu mengangkat isu eskalasi konflik di Palestina, bencana besar di Turki dan Syria, serta krisis berbasis gender di Iran dan Afghanistan, dan masih banyak lagi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Madani International Film Festival perkuat daya saing Indonesia