Jakarta (ANTARA) -
Ekonom Josua Pardede mengatakan Indonesia berisiko menghadapi kondisi "twin deficit" seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.
"Indonesia juga harus dihadapkan dengan risiko kembalinya 'twin deficit' atau kondisi di mana ekonomi mencatatkan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal," kata Josua kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Data terakhir menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia terus menyusut, sejalan dengan berlanjutnya normalisasi harga komoditas dan kondisi ekonomi Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia, yang cenderung terus melemah.
"Hal ini meningkatkan risiko pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan pada tahun ini," ujar Kepala Ekonom Bank Permata itu.
Namun, nilai surplus itu turun 1,13 miliar dolar AS secara bulanan jika dibandingkan dengan Januari 2024 yang tercatat sebesar 2,02 miliar dolar AS.
Di sisi lain, Josua menuturkan penerimaan negara cenderung menurun sejalan dengan normalisasi harga komoditas.
Data terkini menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih mencatatkan surplus, namun jika dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu, surplus cenderung menurun.
Kondisi tersebut memberi kekhawatiran terkait pembiayaan APBN ke depan sehingga memberikan sentimen negatif pada pasar obligasi Indonesia. Tercatat bahwa kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun dari awal tahun.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan tahun 2024 diperkirakan minus 0,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dari tahun 2023 minus 0,11 persen terhadap PDB.
Lalu, defisit fiskal tahun 2024 diperkirakan berkisar minus 2,14 persen terhadap PDB dari tahun 2023 yang tercatat minus 1,65 persen terhadap PDB.
Diketahui, APBN mengalami surplus sebesar Rp22,8 triliun per 15 Maret 2024. Nilai surplus tersebut diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dari belanja negara.
Pendapatan negara tercatat sebesar Rp493,2 triliun atau setara dengan 17,6 persen dari target yang sebesar Rp2.802,3 triliun.
Sementara belanja negara tercatat sebesar Rp470,3 triliun. Nilai itu setara dengan 14,1 persen dari pagu anggaran sebesar Rp3.325,1 triliun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom: Indonesia berisiko hadapi "twin deficit"