Umat Islam perlu terus meningkatkan kualitas pemikiran di berbagai bidang strategis seperti politik, militer, sosial, dan ekonomi.
Secara historis pemikiran umat Islam terbukti berpengaruh bagi kehidupan bangsa. Selain itu, umat Islam kini mendapat tantangan untuk meningkatkan solidaritas antarmuslim, dan semangat toleransi sebagai umat beragama yang hidup dalam bangsa majemuk di Negara Kesatuan Republik Indonesia, demikian intisari khutbah pada shalat Idul Fitri 1434 H di sejumlah lokasi di Indonesia, Kamis.
Hajriyanto Y. Thohari, Wakil Ketua Majelis Pemikiran Rakyat (MPR), dalam khutbahnya di Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat mengatakan ajaran Islam mengandung doktrin untuk menjadi umat yang sukses.
"Dan itu tentu harus berhasil. Umat Islam harus mampu tunjukkan doktrin itu," kata Hajriyanto.
Untuk mempertahankan peran dalam kehidupan masyarakat, kata dia, umat Islam harus menguasai kecanggihan pemikiran yang penuh manfaat untuk mengejar ketertinggalan dari umat lain.
Umat Islam juga harus bersemangat untuk mensolidkan diri sebagai kelompok yang kaya ilmu di berbagai bidang penting seperti sosial, politik, militer, ekonomi, dan teknologi, bukan hanya mementingkan jumlah umat di dunia, kata Hajriyanto.
"Islam sejak awal tidak mementingkan jumlah, tapi kualitas umat," ujarnya.
Sementara itu, secara historis kebangsaan, menurut Ketua Dewan Da'wah, Syariful Alamsyah pemikiran tokoh-tokoh Islam terbukti berperan penting dalam membangun konsep kesatuan untuk bangsa Indonesia yang majemuk.
Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata dia, pertama kali dicetuskan oleh tokoh-tokoh Islam yang memiliki pemikiran jauh ke depan demi membangun sebuah bangsa dan negara.
"Kondisi ini harus terus dipertahankan demi kemajuan NKRI serta terus menegakkan hukum yang ada di negeri ini," kata Syariful dalam khutbah shalat Idul Fitri di Halaman Kantor DDI Kramat Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, umat muslim dan segenap kelompok masyarakat di Indonesia perlu terus memperkuat keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara berdaulat dan terus mengedepankan perjuangan yang amanah dan syariah.
"Momentum Idul Fitri ini juga berdekatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-68 Kemerdekaan RI. Makanya kita harus terus mempertahankan NKRI sebagaimana digagas oleh tokoh-tokoh terdahulu," ujarnya.
Senada dengan Syariful, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD meminta umat Islam untuk menguatkan benih pikir, semangat kesuksesan, terutama rasa solidaritas antarmuslim dengan bersama-sama berjuang mengentaskan kaum dhuafa di Tanah Air.
Umat Islam sebagai umat kaya ilmu mempunyai kewajiban untuk menolong kaum dhuafa agar menjadi berdaya baik secara ekonomi maupun secara sosial dan politik.
Ketegaran hati dan logika Muslim juga harus dibuktikan dengan perjuangan menegakkan keadilan yang menjadi bagian dari tugas fitrah dalam hidup berbangsa dan bernegara, kata Mahfud.
Sementara itu, di Manado, Sulawesi Utara, Kyai Haji Sofyan Lahilote mengatakan, dalam peradaban kini yang semakin maju, setiap pribadi muslim dengan kecanggihan berpikir tidak perlu menjadi seorang individual di tengah masyarakat kapitalis yang kekuasaannya tidak terbatas.
"Namun tidak juga menjadi masyarakat individu di tengah masyarakat sosialis, dimana kepentingan pribadinya digilas oleh kolektivitas," katanya pada khutbah Shalat Ied di Lapangan Sparta Tikala.
Ujian Tak Pernah Surut
Menuju kebahagiaan dalam Hari Kemenangan Idul Fitri 1434 H, umat Islam harus melalui berbagai momentum dimana rasa solidaritas dan toleransi antar sesama manusia diuji.
Di Maluku Tengah, perayaan Idul Fitri sebagai hari kemenangan bersama itu juga diwarnai keprihatinan yang mendalam karena 1.027 kepala keluarga (KK) atau 5.530 jiwa warga Negeri Lima, Pulau Ambon, Maluku Tengah, menjadi korban jebolnya natural Dam Way Ela pada Juli lalu.
Begitu pun ribuan warga pada sejumlah kawasan di Kota Ambon juga harus meninggalkan rumah mereka yang hancur dan rusak akibat terendam banjir maupun tertimbun tanah longsor.
"Bencana alam banjir dan tanah longsor di Kota Ambon dan Maluku Tengah merupakan teguran Allah SWT kepada umat beragama di daerah ini," kata Rektor IAIN Ambon Dr. Hasbullah Toisutta, MAg saat menjadi Khatib Sholat Ied yang di pusatkan di Masjid Alfatah.
Warga Muslim diingatkan untuk memanifestasikan hari kemenangan tersebut dalam semangat hidup orang basudara (bersaudara) yang merupakan falsafah hidup orang Maluku, meningkatkan kepekan sosial serta peduli dengan sesama yang miskin dan menderita.
Di Jayapura, saat mempersiapkan pelaksanaan Shalat Idul Fitri, warga Kabupaten Jayapura dikagetkan dengan gempa bumi berkekuatan 5,3 Skala Ritcher.
Namun, masyarakat dapat menunaikan ibadah Shalat Idul Fitri dengan tenang karena guncangan tersebut hanya dirasakan beberapa menit saja dan tidak menyebabkan adanya potensi tsunami.
Warga DKI Jakarta sempat dikhwatirkan dengan sejumlah aksi teror berupa peledakan bom dan penembakan terhadap personel kepolisian.
Namun, masyarakat Jakarta seperti tidak peduli dengan sejumlah aksi teror yang sebelumnya terjadi di beberapa wilayah di Jakarta. Mereka percaya masalah tersebut sudah ditangani pihak kepolisian dengan baik.
Pada malam takbiran Rabu (7/8), warga dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua, mereka melakukan takbir keliling, memuji kebesaran Allah SWT, menuju ke sejumlah titik seperti Bunderan Hotel Indonesia (HI), Monumen Nasional (Monas), dan kawasan Ancol. Sementara suara petasan dan kembang api mewarnai langit Jakarta itu.
"Kita sih gak takut mas (dengan aksi teror). Pasti polisi sudah menanganinya dengan baik," kata Taufik, warga Kebon Jeruk, yang akan menikmati malam takbiran itu dengan sepeda motornya.
Sementara Farid, pemuda yang indekos di Jakarta Timur, mengaku datang ke Monas bersama dengan teman-temannya untuk melepas stres karena tidak bisa pulang ke kampung halaman akibat tuntutan pekerjaan.
"Kami harus bekerja pada hari kedua setelah Lebaran. Kami ingin menikmati malam ini dengan menonton atraksi kembang api sebelum kembali ke aktifitas sehari-hari," kata Farid.