Perempuan seperti Loveness Tshuma, yang tinggal dalam jarak 50 kilometer dari rumah sakit terdekat di satu desa Zimbabwe, membuat mereka menghadapi risiko besar untuk melahirkan, seringkali dengan tebusan nyawa.
Namun Tshuma sekarang memiliki keyakinan pada kelahiran yang aman bagi bayinya. Ia bisa dibawa ke satu tempat penampungan yang cuma berjarak beberapa meter dari ruang melahirkan di rumah sakit, dan bukan tetap berada di rumah saat waktunya sudah sangat terlambat untuk dibawa ke rumah sakit.
Bersama dengan Tshuma di ruang tunggu Rumah Sakit Kabupaten Esigodini di dekat Kota Bulawayo ada 14 calon ibu lainnya.
"Rumah tunggu" melahirkan tersebut termasuk di antara 66 dari sasaran 105 instalasi yang kesehatan yang berpusat di desa yang relah diaktifkan kembali oleh Dana Penduduk PBB (UNFPA) melalui kerja sama dengan donor lain guna mendorong lembaga kelahiran dan kehadiran staf terlatih saat seseorang melahirkan.
Perempuan yang berada pada tahap akhir kehamilan ditampung di instalasi itu, yang berdekatan dengan rumah sakit dan segera setelah proses kelahiran mulai berlangsung, perempuan tersebut dipindah ke rumah sakit sehingga proses kelahiran dan anak yang dilahirkan dibantu oleh seorang staf kelahiran yang terlatih.
Zimbabwe memiliki angka kematian ibu tertinggi di Afrika, dengan 960 kematian per 100.000 kelahiran.
Secara sederhana, 10 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad. Jumlah tersebut tiga kali lebih tinggi ketimbang rata-rata angkat global dan hampir dua kali lipat bagi wilayah Sub-Sahara Afrika.
Karena menghadapi gambaran suram angka kematian ibu saat melahirkan yang bertambah parah, yakni 283 per 100.000 kelahiran pada 1990, Zimbabwe tak memiliki pilihan kecuali meningkatkan upaya untuk mengatasinya.
Secara global, telah tercatat 34 persen penurunan angka kematian ibu dari 1990 sampai 2008. Namun satu dasawarsa kemacetan ekonomi di Zimbabwe sejak penghujung 1990-an telah mengakibatkan kemerosotan sistem kesehatan di negeri tersebut.
Zimbabwe bertujuan mengurangi kematian ibu jadi 174 per 100.000 sampai 2015 tetapi, menurut seorang pejabat UNFPA, sasaran tersebut tampaknya tak bisa dicapai. Pasalnya, jumlah instalasi kesehatan yang terbatas membuat peluang orang miskin untuk mengaksesnya menjadi sangat sempit.
Di daerah pedesaan, tempat kelahiran di rumah tiga kali lebih umum ketimbang di daerah perkotaan.
Tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kehamilan, pendarahan yang berlebihan setelah kelahiran dan malaria adalah sebagian penyebab langsung utama kematian ibu sedangkan kondisi yang berkaitan HIV dan AIDS adalah penyebab tak langsung utama, atau berjumlah seperempat kematian ibu di Zimbabwe. (Xinhua-OANA)