Pesta olah raga paling bergengsi Piala Dunia selalu menyisakan cerita-cerita unik dan menarik untuk disimak, tidak terkecuali dalam pesta yang kini sedang berlangsung di Brazil.
Wartawan Antara Atman Ahdiat yang dikirim untuk melakukan kegiatan reportase di "negeri samba" tersebut melaporkan, banyak pendukung sepak bola yang mengalir ke Brazil terpaksa menginap di hotel mesum.
Semua tentu menginginkan akomodasi yang layak dan bermartabat. Tapi terbatasnya jumlah kamar serta tarif yang melambung membuat mereka tidak punya pilihan lain ketika dihadapkan pada pilihan sulit, yaitu penginapan di hotel mesum atau yang di Indonesia dikenal dengan istilah "hotel jam-jaman", tulis Atman.
Seperti yang dialami oleh pendukung tim nasional Inggris Marc Cummings yang berada di Manaus, ia dengan berat hati harus menginap di Hotel Opcao, hotel di pinggir jalan sempit yang biasa disewakan perjam.
Hotel tersebut memang berlokasi di distrik lampu merah dimana di lingkungan tersebut bertebaran bar, klub dan pekerja seks komersial.
Warga setempat biasanya selalu berpesan kepada para pendatang untuk menghindari kawasan tersebut, terutama pada malam hari karena sering terjadi tindak kejahatan.
"Saya tidak melakukan yang tidak-tidak, tapi hampir saja," kata Cumming sambil tertawa, seperti yang dikutip Reuters.
Hotel Opcao biasanya menarik bayaran sebesar 15 real (Rp75 ribu) perjam atau Rp100 ribu untuk dua jam. Tapi tarif malam hari akan lebih mahal.
Pemilik hotel tidak mau ketinggalan memanfaatkan moment Piala Dunia 2014 untuk mengeruk keuntungan dengan melambungkan tarif kamar.
Tarif kamar untuk ukuran standar pun meroket menjadi 250 real (Rp1,25 juta) dan minimal harus disewa selama tiga malam.
Demi kelancaran bisnis, pihak hotel juga menyewa para mahasiswa yang bisa berbahasa Inggris dan Spanyol sebagai pegawai sementara.
Alex Simpson, seorang insinyur asal Edinburg, terpaksa menyewa kamar di Hotel Opcao setelah hotel lain yang sudah dipesan, secara sepihak menaikkan harga tiga kali lipat.
Ia mengaku tidak tahu seperti apa isi hotel tersebut, setelah menyadari aktivitas di sekitarnya.
Berbeda dengan pendukung di Manaus, kota yang berlokasi di tengah Brazil dan dikelilingi oleh hutan Amazon, pendukung yang berada di Sao Paulo, kota terbesar di
negara berpenduduk 190 juta itu tampaknya lebih beruntung karena masih banyak pilihan
hotel.
Pasangan suami istri Shamsudeen dan Nurul asal Malaysia yang ditemui Antara di taman kota di dekat stasiun Metro Se, Senin (Selasa WIB) misalnya, mengaku merasa beruntung karena mendapatkan hotel yang cukup strategis dan aman.
"Harga kamarnya memang mahal, yaitu 250 dolar AS semalam. Tapi rata-rata sekitar itu dan saya sudah mencari yang lebih murah, tapi tidak berhasil. Tapi tidak apa karena kami hanya di Sao Paulo selama empat hari dan kemudian balik ke KL (Kuala Lumpur-red)," kata pasangan yang baru sebulan menikah itu.
Terpaksa Nginap di Hotel "Jam-Jaman"
Selasa, 17 Juni 2014 9:56 WIB