Ambon (Antara Maluku) - Antropolog asal Ambon Profesor Mus Huliselan mengatakan bias gender banyak diakibatkan oleh stereotipe negatif dan persepsi terhadap pembagian peran antara perempuan dan laki-laki sebagai individu maupun pekerjaan rumah tangga.
"Di banyak tempat, budaya dan pemikiran masyarakat justru yang mempengaruhi terjadinya bias gender terhadap peran-peran perempuan sebagai individu maupun dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga secara spesifik," katanya di Ambon, Jumat.
Guru Besar Antropologi dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon itu memisalkan anggapan umum bahwa memasak dan mencuci adalah tugas seorang perempuan, dan sangat tidak pantas dikerjakan oleh laki-laki karena tugas mereka adalah menghasilkan uang bagi keluarganya.
Begitu juga dengan kecenderungan memberikan stigma negatif kepada para perempuan yang pulang ke rumah di atas jam malam, hal ini berbeda bagi kaum lelaki.
Katanya lagi, persepsi dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang membatasi ruang gerak perempuan maupun akses yang sama seperti laki-laki secara struktural disebabkan oleh keyakinan gender yang mengakar, seperti tradisi masyarakat, keyakinan agama, serta kebijakan dan perencanaan pembangunan.
"Laki-laki yang mencuci dan memasak dianggap tidak biasa karena itu adalah perannya perempuan sehingga aneh jika dikerjakan oleh laki-laki, lucunya banyak perempuan yang melegalkan dan membudayakan pemikiran-pemikiran tersebut, inilah mengapa bias gender juga diakibatkan oleh perempuan sendiri," ucapnya.
Menurut Mus, konstruksi berpikir masyarakat yang cenderung melegalkan persepsi pada peran-peran manusiawi yang tidak berhubungan dengan kemampuan secara biologis, juga berpengaruh dalam berbagai proses kehidupan bermasyarakat termasuk kebijakan dan pelaksanaan pembangunan di berbagai level.
"Ideologi yang dianut oleh laki-laki dan perempuan sangat mempengaruhi kebijakan dan pelaksanaan pembangunan yang bias gender, akibatnya banyak program yang memiliki dampak berbeda terhadap laki-laki dan perempuan," katanya.