Salah seorang penumpang Garuda, Rudolf Marthen Waremra, di Ambon, Selasa petang, mengatakan, puluhan penumpang melakukan aksi protes karena merasakan pilot kurang memperhatikan keselamatan saat hendak mendarat.
"Bayangkan sebelum mendarat penumpang sudah dibuat panik saat pilot melakukan dua kali manuver saat pesawat berada di atas Teluk dalam Ambon," ujarnya.
Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Tual itu mengemukakan, dua kali manuver itu membuat panik penumpang karena membayangkan insiden jatunya pesawat Airasia.
"Bayangkan dalam kondisi cuaca cerah kok tiba - tiba pesawat mengalami dua kali hentakan keras sehingga meresahkan penumpang," ujarnya.
Ia menyatakan penumpang semakin resah karena merasakan pesawat oleng.
Setelah pesawat berhenti sempurna para penumpang pun mengamuk dan memaksa pilot keluar menemui mereka.
Karena pilot tidak keluar dari kabinnya, penumpang pun mendatangi kantor Garuda Indonesia di Bandara Internasional Pattimura untuk meminta penjelasan.
Karena pilot tidak keluar dari kabinnya, penumpang pun mendatangi kantor Garuda Indonesia di Bandara Internasional Pattimura untuk meminta penjelasan.
Aksi penumpang itu, termasuk di dalamnya 18 anggota dan Sekretaris DPRD Kota Tual serta Dandim setempat, akhirnya disikapi penanggung jawab Garuda Indonesia di Bandara Internasional Pattimura dengan menghadirkan pilot.
Sang pilot selanjutnya menjelaskan kondisi terjadi itu akibat tiupan angin kencang dan cuaca kurang cerah.
"Rasanya alasan tersebut tidak bisa diterima penumpang sehingga 20 anggota DPRD Kota Tual akan melaporkannya ke Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan maupun Dirjen Perhubungan Udara saat berada di Jakarta dalam rangkaian urusan dinas," kata Rudolf.
Salah seorang warga Desa Laha, Ahmad Mewar mengaku melihat bagaimana pesawat Garuda situ mengalami hentakan keras dua kali dan oleng saat mendarat.
"Beta (saya) sangat khawatir roda depan pesawat patah maupun tergelincir sehingga wajar sekiranya penumpang panik," ujarnya.