Ambon (ANTARA) - Rumah Tahanan Negara (Rutan) kelas IIA Ambon membentuk Paparisa Carita atau rumah cerita bagi narapidana untuk menyampaikan keluh kesah selama menjalani masa tahanan dan pembinaan di Rutan tersebut.
“Program ini kami buat agar lebih dekat dengan warga binaan atau narapidana yang menghuni Rutan guna memastikan pembinaan yang humanis,” ujar Kepala Rutan kelas IIA Ambon Ferdika di Ambon, Kamis.
Ia menjelaskan, Paparisa Carita, yang berarti Rumah Cerita, hadir sebagai terobosan dalam pendekatan pembinaan yang lebih empatik. Inisiatif ini membuka ruang dialog yang tidak terikat formalitas, memungkinkan para WBP menyampaikan gagasan, harapan, maupun unek-unek yang selama ini terpendam.
Ferdika, menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari strategi menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang lebih kondusif dan berorientasi pada pemulihan hubungan sosial.
“Paparisa Carita adalah langkah kami untuk lebih dekat secara emosional dengan warga binaan. Di sini kami membangun komunikasi yang dilandasi saling percaya dan saling menghargai,” ujarnya.
Kegiatan dimulai dengan sesi cerita bebas, yang mana warga binaan diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman hidup, menyuarakan kebutuhan, serta menyampaikan kritik dan saran.
Salah satu petugas bidang komunikasi sosial Lapas Kelas IIA Ambon, Anita menyampaikan komunikasi yang dibangun melalui kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap perilaku dan semangat warga binaan dalam menjalani masa pembinaan.
“Ruang seperti ini adalah bentuk nyata rehabilitasi sosial. Kita melihat potensi besar yang muncul saat mereka diberi kesempatan untuk bersuara,” kata Anita.
Diharapkan, Paparisa Carita dapat dijadikan kegiatan pembinaan yang tidak hanya sekadar formalitas, tetapi menjadi proses yang menyentuh sisi kemanusiaan. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling menghargai, pemasyarakatan akan menjadi lebih bermakna dan berdampak positif jangka Panjang.
“Melalui Paparisa Carita, Rutan Ambon menunjukkan komitmen untuk terus berinovasi dalam menciptakan pendekatan pembinaan yang lebih inklusif, partisipatif, dan menyentuh hati,” tuturnya.