Ambon (ANTARA) - Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Maluku mencatat nilai ekspor komoditas perikanan Maluku tembus Rp448 miliar pada semester I 2025, meningkat 9,7 persen dibandingkan periode sama tahun 2024..
“Total nilai ekspor perikanan selama Januari hingga Juni 2025 mencapai Rp448 miliar, dengan total volume komoditas ikan hidup sebanyak 243.430 ekor dan nonhidup 5.118 ton,” kata Kepala BKHIT Maluku Abdur Rohman di Ambon, Kamis.
Pihaknya mencatat, pada triwulan I 2025 nilai ekspor komoditas perikanan Maluku mencapai Rp79 miliar, pada triwulan II 2025 total nilai ekspor mencapai Rp236 miliar. Kontribusi terbesar datang dari bulan Juni dengan Rp230 miliar meskipun volume ekspor ikan hidup hanya 75.719 ekor.
Selanjutnya pada bulan Mei 2025 juga tercatat nilai ekspor tinggi sebesar Rp115 miliar, disumbang oleh volume ikan non-hidup sebesar 1.434 ton.
“April menjadi bulan dengan nilai ekspor terendah pada semester ini, yakni Rp18 miliar,” ucapnya.
Secara kumulatif, ekspor perikanan Maluku pada Semester I 2025 menunjukkan kontribusi penting terhadap perekonomian daerah Provinsi Maluku, khususnya dari subsektor perikanan.
Peningkatan volume ekspor untuk ikan nonhidup dan nilai ekspor pada beberapa bulan menunjukkan adanya pemulihan dan pertumbuhan positif di sektor ini, yang disumbang oleh ekspor udang vaname ke negara tujuan China dengan volume 1.144 ton.
Berdasarkan data tersebut Abdur Rohman menyampaikan terdapat tujuh negara utama yang aktif mengimpor hasil perikanan dari Maluku, yaitu China, Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Vietnam, Saudi Arabia, Malaysia, dan Singapura.
Dari negara-negara tersebut, lima negara tujuan ekspor terbesar adalah China, Vietnam, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat. Adapun komoditas perikanan yang paling banyak diekspor oleh Maluku selama periode Januari–Juni 2025 adalah udang vaname, ikan tuna, ikan kerapu, kepiting bakau.
BKHIT Maluku terus mendorong peningkatan kualitas, keberlanjutan sumber daya, serta akses pasar internasional guna memperkuat posisi Maluku sebagai kontribusi daerah penghasil sumberdaya perikanan yang cukup tinggi di Indonesia.
Melalui pelaksanaan tindakan karantina ikan di pelabuhan ekspor, BKHIT Maluku memastikan bahwa setiap komoditas yang dikirim bebas dari hama dan penyakit ikan karantina(HPIK) dan memenuhi standar mutu dan sanitasi internasional.