Ternate (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat kinerja ekonomi Maluku Utara kuartal III 2025 tumbuh amat baik pada angka 39,10 persen jauh melampaui angka nasional yang hanya 5,04 persen
Kepala Bank BI Perwakilan Malut Dwi Putra Indrawan di Ternate, Rabu memaparkan kinerja ekonomi Malut tersebut ditopang oleh industri pengolahan, khususnya hilirisasi nikel.
"Produk olahan nikel berkualitas tinggi Malut diekspor ke Tiongkok sebagai bahan baku industri besi baja dan komponen baterai Electric Vehicle/EV menyumbang 95 persen total ekspor daerah," ujarnya.
Selain itu pihaknya mencatat inflasi Maluku Utara hingga November 2025 dengan angka 1,89 persen atau tetap berada dalam sasaran target pemerintah 2,5 persen atau kurang lebih dari 1 persen.
Disamping itu stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik. Ia memaparkan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Malut tumbuh 43 persen atau Rp15,8 triliun, sementara penyaluran kredit tumbuh 8,9 persen atau Rp16,18 triliun dan keduanya di atas nasional.
Namun, BI mengimbau perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif dan kredit UMKM yang pertumbuhannya masih rendah.
Sementara penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) mengalami pertumbuhan tinggi, dengan 132.000 merchant dan 102.000 pengguna per September 2025.
Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETP) Malut juga mengalami akselerasi, dengan 10 dari 11 Pemda sudah masuk kategori digital, bahkan meraih penghargaan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) championship.
Sementara Wakil Gubernur Maluku Utara Sarbin Sehe menyampaikan kondisi ekonomi terealisasi atas dukungan pihak perbankan dan pelaku usaha, mulai dari sektor pertanian hingga pengembangan ekonomi syariah bersama Komite Daerah Ekonomi Syariah (KDEKS), termasuk pondok pesantren.
Meskipun pertumbuhan ekonomi daerah angkanya tinggi Wagub menekankan bahwa rakyat belum sepenuhnya menikmati apa yang disebut dengan pembangunan sesungguhnya, karena belum optimalnya realisasi pengembangan di sektor lain.
Oleh karena itu Pemprov berkomitmen memulai pengembangan sektor pertanian yaitu komoditas kelapa, dengan harapan ke depan petani kelapa memiliki pilihan untuk menjual buahnya atau kopra, didukung oleh pasar yang bagus serta kolaborasi dan koordinasi yang maksimal.
"Pembangunan masa depan tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam yang akan hilang dan habis, melainkan harus beralih ke sektor pariwisata, wisata kuliner rempah-rempah, sumber daya manusia, dan ekosistem pariwisata lainnya," katanya.
