Jakarta, 2/10 (Antara Maluku) - Sutradara Joko Anwar mengatakan batik adalah alat pemersatu keberagaman bangsa Indonesia, yang memiliki corak batik khas dari berbagai daerah.
"Batik adalah alat pemersatu keberagaman. Dari ujung kiri sampai ujung kanan wilayah Indonesia punya batik," ujar Joko Anwar usai menghadiri sebuah cara peringatan Hari Batik Nasional, yang diperingati setiap 2 Oktober, di Jakarta, Jumat.
Pria pembesut belasan judul film ini menilai batik juga memiliki pengaruh di dunia internasional karena coraknya yang khas dan keren.
Oleh karena itu, dia pun mendukung semua pihak yang memiliki ketertarikan untuk mengembangkan batik.
"Batik itu keren. Oleh karena itu, hampir semua orang suka batik, termasuk orang luar negeri," katanya.
Joko Anwar sendiri mengaku sebagai pencinta dan pengguna batik. Ia mengaku memiliki koleksi batik hasil rancangan maestro Iwan Tirta maupun Era Soekamto.
Dalam kesempatan yang sama Joko Anwar menyampaikan harapanya agar Indonesia bisa menjadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai kelemahan.
"Budaya Indonesia itu luar biasa, warna-warni. Keberagaman harus dijadikan kekuatan dan jangan dijadikan sumber bentrokan seperti yang lazim terjadi di Indonesia," ujarnya.
Namun, sutradara yang pernah memenangi penghargaan "Film Terbaik" dan "Skenario Terbaik" di Festival Film Indonesia 2008 ini menekankan agar tidak menutup diri dengan budaya luar.
Jadi, kata dia, tidak perlu dikhawatirkan jika anak-anak muda Indonesia menyenangi produk budaya asing karena bisa menjadi pintu masuknya asimilasi dan budaya baru.
"Tidak bisa kita bilang, 'anak muda harus nonton film Indonesia saja' atau 'harus mempelajari tarian daerah' sebab mereka pasti sudah memiliki budaya Indonesia yang dibawa sejak lahir. Budaya itu tidak harus sesuatu yang bersifat fisik," katanya.
Adalah tugas para pelaku budaya, lanjut lelaki kelahiran Medan yang pernah mendapat penghargaan dari New York Asian Film Festival itu, yang harus membuat format budaya Indonesia dalam kemasaan yang menarik bagi kawula muda tanpa harus kehilangan esensinya.