Ambon, 25/10 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff mengajak Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AM GPM) untuk mengembangkan daerah ini sebagai laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia.
"Menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama bukanlah menjadikan daerah ini sebagai tempat untuk uji coba. Maluku diprogramkan sebagai contoh agar orang bisa belajar tentang kesuksesan membangun dan mengembangkan kerukunan hidup umat beragama," katanya saat memberikan sambukan Kongres ke - 28 AM GPM di Jemaat Imanuel GPM Negeri Amahusu, Minggu.
Wujudkan laboratorium kehidupan umat beragama yang sesungguh, lanjutnya, yang idialnya kita belajar melakukan proses internalisasi nilai-nilai keadaban yang dimiliki, sekaligus menghilangkan labelisasi Maluku sebagai daerah konflik yang sangat merugikan semua komponen bangsa di daerah ini.
Menurutnya, untuk mengembangkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia, dia telah berdiskusi dengan beberapa theolog di GPM, antara lain Pdt. John Ruhulesin, Pdt. Jacky Manuputty.
Begitu pun, tokoh Islam antara lain Abidin Wakano dan Abdullah Toisuta yang tergabung di dalam lembaga antar iman Maluku.
"Tujuannya untuk kita membangun perkampungan multi etnik maupun agama lengkap dengan rumah-rumah ibadah," ujar Gubernur.
Agar gagasan ini bisa berjalan dengan baik, Gubernur mengharapkan, dukungan penuh dari AM GPM agar dalam Kongres yang berlangsung 25- 29 Oktober 2015, bisa menyusun program-program strategis terkait dengan pembangunan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia.
Pertimbangannya, organisasi-organisasi fungsional masyarakat, termasuk AM GPM pada hakekatnya merupakan organisasi kepemudaan yang lahir dari bawah, dari perjuangan keumatan dan kemasyarakatan.
"Di Maluku dia bertumbuh karena adanya proses umat yang berhadapan dengan konteks sosial, sekaligus pula ajaran theologi dalam proses pertumbuhan iman Kristen," tegasnya.
Apalagi, kata Gubernur, anak kandung GPM sejatinya AM GPM mengembang amanat Illahi serta mengaktualisasikan diri ditengah-tengah jemaat dan masyarakat Maluku.
AM GPM harus mengambil posisi terdepan dalam barisan umat Tuhan. AM GPM juga mesti tampil memenuhi panggilan posisinya menjadi "Garam dan Terang Dunia".
Konsekuensi menjadi "Garam dan Terang Dunia" artinya AM GPM harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pertama-tama AM GPM mesti cerdas memahami konteks dinamika bergereja maupun bermasyarakat di sekitarnya yang intensif berubah.
AM GPM harus senantiasa terlibat dalam dinamika itu sendiri sehingga kita semua berharap wadah ini mampu memberi warna dan wajib memiliki daya kritis terhadap setiap perubahan yang untuk selanjutnya menawarkan perbaikan-perbaikan yang efektif menjawab tantangan lima tahun kedepan.
"Dalam karya dan kerja Pengurus Besar AM GPM tidaklah mudah. Kita diperhadapkan dengan berbagai persoalan kebangsaan setiap sektor memiliki masing - masing masalah tingginya angka kemiskinan, krisis lingkungan hidup, HIV/AIDS, Miras, Asusila, Kekerasan, Dehumanisasi dan lain-lain.
Dalam konteks ini, dia menginginkan AM GPM hadir dan berkontribusi menampilkan semangat proaktif kekristenan dalam kehidupan sehari-hari.
"Sukses pembangunan perdamaian di Maluku saat ini merupakan salah satu kontribusi yang strategis dan berharga di mana AM GPM bersama lembaga-lembaga agama yang ada di Maluku memberikan kontribusi yang nyata," tandas gubernur.
Karena itu betapa indahnya hidup orang basudara. Jangan pernah kita abaikan begitu saja karena sesungguhnya pengalaman dan cerita-cerita hidup orang basudara yang begitu indah merupakan modal sosial kultural yang benar-benar sangat berharga untuk membangun Maluku yang lebih keberadaban di masa depan.