Ambon, 23/6 (Antara Maluku) - Imam adat petuanan Kayeli, Kabupaten Buru, Muhammad Idris Wael mengimbau seluruh warga asli maupun warga adat setempat untuk tidak terpancing aksi provokasi yang dilakukan sekelompok orang mengatasnamakan masyarakat adat.
"Kami mempertanyakan ulah sekelompok orang yang menemui Wapres Jusuf Kalla di Jakarta pekan lalu tapi mengatasnamakan warga adat Pulau Buru," kata Muhammad Idris di Ambon, Kamis.
Kalau dibilang masyarakat adat itu biasanya memiliki ciri-ciri tertentu, sedangkan dalam gambar yang menghadap Wapres itu tidak memakai lestari atau kain berang batik di kepala.
"Sehingga saya imbau masyarakat asli Pulau Buru maupun masyarakat adat setempat jangan terpancing dengan provokasi dengan tindakan-tindakan orang atau pengusaha yang tidak bertanggungjawab dan ingin menghancurkan kita sendiri," tandasnya.
Dengan adanya keberadaan para pengusaha di Pulau Buru, kalau mau mengambil hasil bumi terserah, tetapi jangan merusak tatanan adat warga setempat.
"Mudah-mudahan dari pemerintah bisa memikirkan masalah ini, dan banyak persoalan timbul karena dipicu masalah tambang, jadi kalau tambang lama dibuka bisa jadi bumerang bagi kami, khususnya di petuanan Kayeli," kata Muhammad Idris.
Sehingga pemerintah diminta memikirkan juga kondisi Pulau Buru dan mudah-mudahan turun tangan mempercepat proses perizinan agar tidak ada orang yang mengadu-domba warga dengan keberadaan tambang emas.
Tokoh adat Kayeli lainnya, Ibrahim Wael mengatakan, sejumlah oknum yang mengaku warga adat Pulau Buru dan melakukan pertemuan dengan pejabat negara itu merupakan sebuah tindakan pembohongan publik.
"Mereka itu sebenarnya pengusaha yang ingin bercokol di Pulau Buru dan ingin membuka bisnis pertambangan emas, tetapi mengaku sebagai masyarakat adat," kata Ibrahim yang juga anak kandung raja Kayeli, almarhum Abas Wael.
Imam Adat Imbau Warga Tidak Terpancing Provokasi
Kamis, 23 Juni 2016 13:36 WIB