Jakarta, 4/12 (Antara Maluku) - Juru Bicara Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar Nurul Arifin mengajak masyrakat untuk tidak mempolitisasi hal-hal yang dinilai tidak perlu, terutama terkait suku, ras, agama dan antargolongan (SARA).
"Sudah, tidak perlu mempolitisasi hal yang tidak perlu, jangan dikaitkan dengan agama, kalau ada yang salah atau khilaf, hendaknya kita saling memaafkan," kata Nurul di tengah-tengah kerumunan parade "Kita Indonesia" di kawasan hari bebas kendaraan bermotor (CFD), Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu.
Namun, dia menampik pernyataan tersebut terkait dengan dugaan penistaan agama oleh Gubenur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyulut semangat umat Islam untuk melakukan Aksi Doa Bersama pada 4 November dan 2 Desember lalu, menuntut keadilan penegakan hukum.
"Tidak ada ke arah sana, saya hanya menegaskan Indonesia itu satu," katanya.
Menurut dia, saat ini keberagaman dan kebhinekaan mulai terkotak-kotak, karena itu ia mengajak masyarakat kembali ke Ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
"Karena itu saya mengimbau sebagai Warga Indonesia, untuk damai, bersatu mendukung Pemerintahan Jokowi-JK hingga 2019," katanya.
Untuk itu, ia dan partai yang menaunginya, Partai Golkar, terlibat dalam parade Kita Indonesia tersebut bersama dua partai besar lainnya, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Nasdem untuk menyerukan masyarakat akan kebhinekaan bangsa.
"Acara ini merupakan kerinduan, kecintaan, dan partisipasi masyarakat dari berbagai latar belakang dan datang dari berbagai daerah yang didorong oleh 'moral obligation' (kesadaran) masing-masing," katanya.
Dia menambahkan saat ini kondisi bangsa Indonesia sangat rentan untuk dipecah belah, karena itu parade tersebut juga bertujuan untuk meredam suasana.
"Yang sudah terjadi, biarlah terjadi, tidak usah dipertajam," katanya.
Parade tersebut diramaikan oleh panggung hiburan yang dipasang di sejumlah titik, salah satunya di depan Gedung Sarinah dan di Bundaraan HI sebagai panggung utama.
Terdapat puluhan burung merpati yang dilepaskan sebagai simbol perdamaian.
Sejumlah peserta juga datang dari berbagai latar belakang dan etnis, seperti Etnis Tionghoa, Bali, Jawa dan sebagainya.
Selain iring-iringan, sepanjang Jalan MH Thamrin hingga ke Bundaran HI juga diramaikan dengan pertunjukan Barongsai, Reog Ponorogo, Sisingaan dan ditutup dengan aksi band kenamaan Slank.