Ambon, 22/8 (Antara Maluku) - Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI) mendata keanekaragaman hayati di pesisir perairan bagian utara Pulau Ambon.
"Kami belum punya data sumber daya hayati di pesisir bagian utara Pulau Ambon, sehingga tahun ini kami mulai mengumpulkannya sejak April kemarin, prosesnya sementara masih berjalan," kata peneliti PPLD-LIPI Abdul Wahab Rajab, di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan pengumpulan data keanekaragaman hayati yang dilaksanakan di sepanjang pesisir bagian utara Pulau Ambon dimulai dari Desa Tanjung Alang, Kecamatan Leihitu Barat hingga ke Desa Liang, Kecamatan Salahutu.
Keanekaragaman hayati yang didata adalah kelompok fauna makrobentik, hewan akuatik yang sifat hidupnya melekat pada substrat dasar perairan, dan berukuran lebih besar dari satu milimeter, seperti filum ekinodermata, moluska, dan krustacea, termasuk jumlah terumbu karang yang hidup.
"Proses penelitian ini akan berakhir pada pertengahan September nanti. Beberapa data dan sampel sudah ada di laboratorium, tapi belum dianalisis, mungkin Oktober nanti baru hasilnya dipublikasikan," ujarnya lagi.
Pendataan tersebut, kata Abdul lagi, tak hanya sekadar mengumpulkan informasi mengenai keanekaragaman hayati, tapi agar ada upaya perencanaan pengelolaan sehingga tetap terlestarikan hingga masa mendatang.
Pihaknya juga melakukan percobaan mikrobiologi dengan mengambil sampel air laut di tiap kawasan untuk menguji kemungkinan adanya pencemaran yang dapat menginfeksi biota di sekitarnya.
Bersamaan dengan itu, tim peneliti pun menggelar riset sumber daya tuna di bagian terdalam perairan di bagian utara Pulau Ambon.
"Bagaimana nanti kita dapat mengelolanya, sehingga dapat tetap lestari. Pendataan ini juga sekaligus untuk melihat sumber daya ikan tuna dan bagaimana dengan keberadaannya," katanya pula.
Upaya pendataan spesimen fauna makrobentik di wilayah Maluku juga telah dilakukan oleh PPLD-LIPI setahun lalu. Saat itu penelitian dipimpin oleh Dharma Arif Nugroho.
Pengumpulan data di sepanjang perairan Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah dilaksanakan di Pantai Waisisil dari Desa Tiouw, Haria, Mahu, Ihamahu, Porto, Kulur, Pia, Tuhaha, hingga Kota Saparua.
Sedikitnya ada 107 individu moluska, 18 jenis biota ekinodermata dan 68 individu krustacea yang terdiri dari 39 jenis brachyura (kepiting), 22 jenis anomura (kelomang), dan tujuh jenis cirripedia (teritip) berhasil didata.