Ambon (ANTARA) - Pengamat ekonomi asal Maluku Izaac Tonny Matitaputty menilai pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata Maluku pada 2019 bisa terhambat, jika pemerintah tidak segera mengendalikan tingginya biaya transportasi udara ke daerah tersebut.
"Pariwisata adalah salah satu sektor unggulan yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Maluku, tapi saat ini harga tiket pesawat untuk masuk dan keluar Maluku mahal sekali, pemerintah kita harus segera mengendalikannya," kata Izaac di Ambon, Senin.
Izaac Tonny Matitaputty adalah Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Ekonomi (LPPE) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon. Ia juga pengajar untuk ekonomi pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada perguruan tinggi yang sama.
Ia mengatakan ekonomi kreatif menjadi salah satu unggulan pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor pariwisata merupakan sebagai solusi mumpuni pengembangan ekonomi kreatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena pemanfaatannya tidak akan pernah habis.
Kendati termasuk satu dari tiga provinsi termiskin di Indonesia, geliat ekonomi pada sektor pariwisata di Maluku terbilang cukup berkembang. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kaum muda Maluku yang mempromosikan berbagai jenis objek wisata melalui media sosial.
Akan tetap, menurut Tonny, promosi dan upaya kaum muda tidak akan sia-sia, jika tidak didukung dengan upaya pengendalian harga tiket pesawat terbang yang melonjak tinggi selama beberapa bulan terakhir.
"Era digital memudahkan kita untuk mempromosikan pariwisata, tapi bicara soal keberhasilan promosi tentunya harus dilihat dari data angka kunjungan dan tingkat hunian wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara," ujarnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku yang dirilis pada 1 April lalu, menyatakan bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Maluku pada Februari 2019 sebesar 31,27 persen atau meningkat sebanyak 8,20 poin dibanding Januari 2019 yang sebesar 23,77 persen. Tapi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada Februari 2018 yang tercatat sebesar 41,73 persen, maka telah terjadi penurunan sebesar 10,46 poin.
Sama halnya dengan TPK Februari 2019. TPK Januari 2019 juga mengalami penurunan sebanyak 2,96 poin jika dibandingkan dengan Januari 2018 yang tercatat sebesar 26,73 poin. Sedangkan rata-rata lama menginap tamu asing di hotel bintang selama Februari 2019 juga mengalami penurunan sebanyak 1,24 poin dibanding Januari 2019.