Ambon (ANTARA) - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatakan Provinsi Maluku dan Indonesia bagian timur pada umumnya memiliki potensi yang belum tergali untuk perdagangan dan investasi yang lebih besar dengan Eropa.
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Ambon, Kamis, Dubes Vincent menyatakan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) saat ini tengah dirundingkan.
"Nanti, setelah dirampungkan, akan meningkatkan perdagangan dan memfasilitasi investasi bagi kedua belah pihak. Ini akan mampu menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi," katanya.
Menurut dia, selama lebih dari 30 tahun, Uni Eropa telah bermitra dengan Indonesia untuk melaksanakan prioritas bersama, termasuk perdagangan dan investasi. Tahun lalu, Uni Eropa meluncurkan program lima tahun yaitu ARISE+ Indonesia Trade Support Facility senilai 15 juta euro. Program ini memberikan dukungan teknis kepada pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kapasitas ekspornya dan memenuhi aturan dan standar perdagangan internasional.
”Termasuk dalam program ini adalah bantuan penanganan masalah Sanitary and Phythosanitary (SPS) di bidang perikanan dan pala, dua sektor penting di Provinsi Maluku,” katanya.
Vincent juga mengatakan ikan dan udang merupakan komoditas ekspor terbesar Maluku. Pada periode Januari-Oktober 2020 nilai ekspornya mencapai 37,25 juta dolar AS, atau setara dengan 74,21 persen dari total ekspor provinsi ini.
Dalam kunjungan kerja virtual yang digelar pada 14 Desember 2020, Delegasi Uni Eropa bekerja sama dengan Pemda Maluku dan KADIN Maluku menyelenggarakan diskusi panel tentang manfaat CEPA, menghadirkan Marika Jakas, Kepala Bagian Perdagangan dan Ekonomi, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia; Olvy Andrianita, Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan; Wahyuni Bahar, Ketua Komite Tetap Lembaga Multilateral dan Perjanjian Perdagangan Bebas, KADIN Indonesia; dan Wichard von Harrach, Wakil Ketua Kamar Dagang Eropa di Indonesia (EuroCham).
Dalam diskusi juga digelar sesi yang membahas potensi ekspor ke negara-negara Eropa, dengan pembicara Dr Anton Lailossa, Kepala BAPPEDA Provinsi Maluku; Sylvie Coulon, Policy Officer Direktorat Kesehatan dan Keamanan Pangan Komisi Eropa; dan Elvis Pattiselano, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Maluku.
Dalam diskusi itu, Sylvie Coulon memaparkan persyaratan ekspor ikan dan udang, dua produk ekspor utama Maluku, ke Eropa. Permintaan produk perikanan di Eropa terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pelanggan yang besar, Uni Eropa merupakan pilihan menarik bagi Maluku untuk memperluas dan mediversifikasi pasar ekspornya.
Acara diakhiri dengan sesi mengenai peluang investasi dan kemitraan usaha yang diisi oleh pembicara Frederic Fontan, Wakil Ketua Kelompok Kerja Energi bidang pembangkit listrik, EuroCham; Sam Latuconsina, Ketua KADIN Maluku; dan Suryadi Sabirin, Kepala Dinas PMPTSP Maluku.
Disebutkan, setelah Maluku, Delegasi Uni Eropa juga menjalin komunikasi dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.
Dubes Uni Eropa: Potensi investasi dan perdagangan Maluku belum tergali
Kamis, 24 Desember 2020 10:47 WIB