Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melakukan konsolidasi dan transformasi untuk menangkap potensi bisnis pada 2021 sehingga mengakselerasi kinerja perseroan.
“BNI saat ini melakukan proses konsolidasi dan transformasi yang cukup besar dan masif. Sehingga, akan ada banyak perubahan terkait arah bisnis ke depan,” kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam webinar Economic Outlook 2021 di Jakarta, Kamis.
Dirut BNI menambahkan bank BUMN itu penuh optimisme dalam menyambut pemulihan ekonomi serta bisnis pada 2021 yang lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Sejumlah target bisnis pun telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk bekerja lebih cepat.
BNI, kata dia, melihat sejumlah sektor andalan yang dapat menopang kinerja 2021 antara lain seperti sektor infrastruktur, korporasi, industri pengolahan hingga industri manufaktur.
Dia melanjutkan manajemen optimistis pemerintah berkomitmen penuh dalam mendorong pertumbuhan perekonomian ke depan, terutama dalam pemulihan ekonomi 2021.
“Kami yakin Pemerintah mengoptimalkan perekonomian pada tahun ini dan ke depan. Apalagi, salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan SWF yang akan dirilis tahun ini,” tambah dia.
Gandeng BKPM
Sejalan dengan program transformasi, BNI ikut menggandeng Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memperluas cakupan pelayanan perbankan internasional terutama pada nasabah perseroan.
“Kerjasama dengan BPKM sudah ada sebelumnya, saat ini kami perluas sejalan dengan ekspektasi pemegang saham dengan BNI. Kita mengajak nasabah-nasabah asal Indonesia untuk masuk ke pasar global atau membawa pemain baru dari luar untuk masuk ke Indonesia,” imbuhnya.
Dia menambahkan tujuan kelanjutan kerja sama BNI dengan BKPM ini adalah untuk memfasilitasi investor yang masuk ke dalam negeri karena BNI telah memiliki banyak kantor cabang yang ada di luar negeri.
BNI berperan dalam hal memberikan informasi mengenai peran, fasilitas, dan edukasi terkait dengan peluang penanaman modal. Kemudian, BNI dapat memfasilitasi transaksi para penanam modal melalui layanan jasa perbankan yang dibutuhkan oleh para investor.
"Kita saling melengkapi dengan juga pembukaan cabang di beberapa tempat yang memiliki potensi hubungan dagang besar dengan Indonesia," imbuh Royke.
BNI juga berkomitmen untuk menyalurkan kredit namun dengan menjalankan prinsip kehati-hatian yang tercermin dari upaya perusahaan untuk menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) dalam tingkat yang aman.
“Jadi yang dikhawatirkan memang terkait nasabah yang direstrukturisasi ini. Oleh karena itu, kita pantau terus secara rutin, kita adakan questionnaire melihat kemampuan mereka, sehingga perlahan-lahan kita bagi, yang mana yang high risk, moderat, dan low risk. Kami kelompokkan supaya BNI punya pencadangan yang cukup apabila terjadi NPL,” katanya.
Selain itu, pihaknya berharap Pemerintah dapat memberikan jaminan keberlangsungan atas proyek-proyek yang dijalankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Yang harus dijaga bagaimana masyarakat tetap confidence untuk belanja dan melakukan mobilisasi. Pemerintah juga perlu adakan banyak penjaminan proyek-proyek infrastruktur dan korporasi,” imbuh Royke.