Denpasar (ANTARA) - Sosiolog Universitas Udayana (Unud) Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan antrean pembelian McD edisi BTS Meal, dalam sosiologi bisa disebut sebagai fenomena one dimensional society atau masyarakat dengan kesadaran satu dimensi. Fenomena ini ada sisi positifnya bagi pergerakan ekonomi untuk bangkit dari dampak pandemi.
"Ini artinya kesadaran masyarakat seolah hanya dibentuk oleh produsen-produsen besar budaya yang berorientasi profit, korporasi-korporasi, serta media. Bisa dibayangkan, ketika ketiganya bekerja sama, kooptasi atau hegemoni mereka terhadap masyarakat menjadi total, bahkan sampai bisa menentukan dan mengontrol kesadaran masyarakat, termasuk minat, dan selera," kata Wahyu saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali Sabtu.
Salah satunya ketika masyarakat baru merasa menjadi sesuatu setelah memiliki atau mengonsumsi beragam komoditas.
Hal negatif yang timbul dari kondisi ini adalah konsumerisme, di mana konsumsi terhadap simbol atau tanda menjadi lebih dominan ketimbang konsumsi untuk kebutuhan hidup.
"Positifnya ini bisa membantu menggerakkan perekonomian masyarakat yang tengah lesu selama pandemi. Misalnya bagi ojek 'online' yang selama ini sepi orderan, gerai-gerai restoran cepat saji yang mulai banyak tutup. Sedikit-banyak sebetulnya tertolong juga oleh fenomena masifnya konsumsi secara tiba-tiba ini," katanya.
Ke depannya diharapkan gerai-gerai McD bisa membenahi prosedur penjualannya, yaitu dengan sistem “buka-tutup”. Kata dia, misalnya saja restoran cepat saji terkait bisa membatasi jumlah pesanan agar tidak terjadi kerumunan, ketika kerumunan sudah mereda, restoran tersebut bisa kembali membuka pemesanan.
Melihat ramainya minat pembelian McD BTS Meal dari penggemar BTS yaitu ARMY, Wahyu mengatakan sebaiknya juga dilakukan pemantauan secara masif dari Satgas COVID-19.