Ternate (ANTARA) - Kepolisian Resort (Polres) Ternate, Maluku Utara (Malut) akhirnya mengantongi mengeluarkan visum et repertum dari RSUD dr Chasan Boesoirie atas meninggalnya ibu muda berinisial SMA (26 tahun) dengan cara menggantung diri.
Kasubbag Humas Polres Ternate, Ipda Wahyudin di Ternate, Minggu, membenarkan bukti visum atas meninggalnya SMA ini dinyatakan tidak ada tanda kekerasan dan hasilnya telah disampaikan ke pihak keluarga.
Bahkan, penyampaian hasil visum et repertum kepada pihak keluarga korban pun mendapat tanggapan, dalam hal ini melalui kakak kandung korban bernama Rusli M. Ali dan kepada penyidik, mereka tidak mau lagi melakukan autopsi terhadap jenazah korban yang sudah dikebumikan pada Rabu (28/7).
Untuk itu,kata Wahyudin, Polres Ternate juga mengimbau masyarakat agar jangan menyebarkan isu-isu yang tidak benar terkait penyebab kematian korban sebagaimana yang beredar di media sosial dalam sepekan ini.
"Kami mengharapkan agar tidak ada lagi yang menyebarkan informasi atau pun isu-isu yang tidak benar karena peristiwa ini sudah dilaporkan kepada pihak kepolisian dan telah bekerja sesuai dengan prosedur hukum," ujarnya.
Sementara itu, suami korban, Saddan GA Pattisahusiwa ketika dihubungi terpisah menyatakan, istrinya meninggal dunia dalam kondisi gantung diri, ternyata banyak sekali netizen melalui media sosial seakan-akan menuduhnya sebagai oknum pelakunya. .
"Saya bersyukur ada laporan keluarga istri saya ke polisi, namun dengan keluarnya bukti visum et repertum tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan, maka jangan lagi ada spekulasi dan fitnah-fitnah yang dikembangkan lagi, tetapi saya tetap memaafkan para penebar fitnah itu," katanya.
Menurut Saddan yang brprofesi wartawan di Ternate , fitnahan dan cibiran yang ramai di medsos seakan-akan dirinya sebagai pelaku tentu psikologinya sangat terganggu.
Apalagi, baru lima hari ibu kandung tercintanya meninggal dunia, di mana masih saja ada netizen yang menebar fitnah melalui medsos.
"Ada netizen di medsos membangun opini dan asumsi seakan-akan saya sebagai pelaku. Padahal mereka tidak mengetahui bagaimana harmonisnya rumah tangga kami bersama tiga buah hati bersama almarhumah," tandas Saddan.
Dia mengakui kalau banyak cibiran dan fitnahan yang telah dikantonginya, tetapi sebagai relawan kemanusiaan, dirinya tetap memaafkan seluruh perilaku mereka, meskipun terasa sakit.
Olehnya itu, saat ini dirinya fokus untuk membesarkan ketiga anak-anaknya dan akan mengenang indahnya bersama sang istri yang telah bersama-sama membangun mahligai rumah tangga selama tujuh tahun lamanya.
Sebelumnya, pada 27 Juli 2021, SMA (26 tahun) ditemukan meninggal dunia dengan cara gantung diri di rumahnya di kawasan Tanah Tinggi Ternate, tetapi belakangan keluarga istri melaporkan ke aparat kepolisian jika SMA meninggal dengan cara tidak wajar dan sejumlah netizen membangun opini melalui media sosial seakan-akan suaminya sebagai oknum pelaku pembunuh istri.