“Kami melakukan ini karena PMI ingin membantu meringankan penderitaan masyarakat dalam menyikapi konflik yang terjadi karena merasa terpanggil untuk membantu para pengungsi korban konflik di negeri boru,” kata Sekretaris PMI Provinsi Maluku, Herry Latuheru, melalui telepon, Jumat.
Ia mengatakan, rata-rata masyarakat yang berkunjung ke posko kesehatan itu, mengidap penyakit batuk, flu dan keluhan dengan gejala gatal-gatal.
“Kami tentunya akan memberikan pelayanan yang terbaik dan sukarela berdasarkan prinsip PMI yang tentunya tidak pernah memandang ras, agama, mau pun suku,” ujar Herry.
Menurutnya, pemulihan trauma akan dilakukan kepada usia anak-anak yang saat ini mengalami kondisi psikologi dan mental yang diduga masih merasa takut, sehingga hal ini dilaksanakan agar anak-anak desa Kariuw bisa kembali tertawa dan sedikit terlupa dengan kejadian konflik 26 Januari 2022..
Selain pelayanan kesehatan dan pemulihan trauma, PMI Provinsi Maluku bersama IDI juga membawa bantuan berupa peralatan masak, selimut, dan tikar untuk para pengungsi.
“Dengan ini, kami siapkan pelayanan kesehatan selama dua hari di negeri Aboru, dan bantuan ini tentunya untuk para pengungsi Kariuw,” katanya.
Ia menyatakan, para pengungsi korban konflik, dari pendataan yang dilakukan berjumlah 370 Kepala Keluarga (KK) atau 1.370 orang.
“Jiwa sasar kita saat ini adalah pelayanan pemulihan trauma bagi anak-anak yang dilakukan oleh tim PSP- Psicologi Suport Program PMI provinsi Maluku dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan kesehatan gratis oleh Tim IDI,” ujar Herry.
Ia berharap, dengan adanya bantuan kemanusiaan dari berbagai pihak untuk masyarakat pengungsi saat ini, dapat mengatasi hal-hal yang menjadi kendala bagi masyarakat Kariuw.
“Kami juga berharap, jaminan keamanan untuk nantinya mereka bisa kembali ke kampung halaman dengan baik sehingga kehidupan keseharian serta perekonomian dapat berlangsung embali dengan lancar,” tandas Herry.