Jakarta (ANTARA) - Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) menyatakan keprihatinan atas harga kedelai yang terus meningkat, sehingga berdampak pada produksi tempe dan tahu.
Ketua Primkopti Jakarta Timur Suyanto mengatakan bahwa harga kedelai yang saat ini mencapai lebih dari Rp1,1 juta per kuintal menyebabkan kenaikan harga tempe dan tahu untuk menutupi biaya produksi.
"Kami sangat prihatin karena harganya naik terus. Kenaikannya bertahap, tetapi belakangan naiknya tajam sampai Rp11.300 per kilogram, dari sebelumnya Rp9.000 per kilogram," kata Suyanto kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Suyanto mengatakan biaya produksi tempe tahu turut meningkat seiring kenaikan harga bahan baku kedelai di pasaran. Hal tersebut, pada akhirnya akan berdampak langsung kepada masyarakat selaku konsumen.
Baca juga: Harga Tempe di Ambon Dipastikan Naik
Menurut dia, daya beli masyarakat saat ini masih cukup rendah terimbas pandemi COVID-19 sehingga perlu peran pemerintah untuk menstabilkan harga komoditas, khususnya kedelai agar harganya tetap terjangkau.
"Kami selaku perajin tahu tempe sudah bertahan untuk tidak menaikkan harga supaya masyarakat tidak kaget," ujarnya.
Lanjut Suyanto, harga tempe di pasaran saat ini mencapai Rp6 ribu per potong dari sebelumnya Rp5.000 per potong. Sementara harga tahu mencapai Rp18.000 per papan, dari sebelumnya Rp 16.000.
Ia berharap agar pemerintah segera mengambil langkah untuk menurunkan dan menstabilkan harga kedelai.
Selain itu Primkopti juga berharap tata niaga kedelai agar kembali ditangani oleh pemerintah sebagai solusi jangka panjang.
"Penanganan jangka pendek kami ingin bisa distabilkan dan disubsidi, kemudian jangka panjang tata niaganya ditangani oleh Bulog atau yang lainnya," pungkas Suyanto.
Baca juga: Produksi Jagung dan Kedelai Maluku Utara Turun