Kepulauan Tanimbar, Maluku (ANTARA) - Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Maluku Muhammad Marasabessy menyatakan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXIX tingkat Provinsi Maluku pada 2022 merupakan bentuk kebangkitan moderasi beragama di Maluku.
Muhammad Marasabessy di Kepulauan Tanimbar, Jumat, mengatakan, MTQ XXIX itu berlangsung di daerah yang mayoritas penduduknya bukan Muslim yaitu di kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
"MTQ ini agak berbeda karena dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, daerah yang mayoritas penduduknya beragama non-Muslim. Ini merupakan suatu kebangkitan moderasi beragama di Maluku khususnya di kabupaten Kepulauan Tanimbar, sekaligus kita tunjukkan kepada dunia luar bahwa toleransi umat beragama di Maluku khususnya di Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini sangat indah dan sudah menjadi budaya turun temurun," kata Marasabessy.
Berdasarkan data Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku, data terakhir pada 2019 menunjukkan populasi warga Muslim di Kabupaten Kepulauan Tanimbar mencapai 9.317 orang. Mayoritas warga Tanimbar memeluk agama Katolik mencapai 84.679 orang, dan Protestan 71.097 orang.
MTQ Maluku berlangsung pada 18 - 24 Maret 2022. Marabessy menilai ini merupakan momentum yang bagus karena bertepatan dengan tahun 2022 sebagai tahun kerukunan umat beragama.
Yang lebih unik lagi, lanjutnya, pelaksanaan MTQ Maluku kali ini panitia pelaksananya diketuai oleh seorang Wakil Uskup atau pastor, yakni Pastor Simon Petrus Matruty.
"Selama sejarah hidup dan selama menjabat sebagai ketua LPTQ, baru pertama saya bertemu dengan kegiatan MTQ seperti ini di Tanimbar dimana ketua panitianya adalah seorang wakil uskup atau seorang pastor. Coba cari di dunia mana saja, belum pernah ada seperti ini. Ini sangat luar biasa. Dan ini hal pertama yang kita temukan dan mungkin ini merupakan sesuatu yang tidak akan kita temukan lagi," ujar Marabessy yang juga menjabat Kepala Dinas PUPR Maluku ini.
Dia mengaku takjub dengan kerukunan umat beragama di Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini dimana dari jumlah umat muslim yang minoritas ini namun Adzan Maghribnya paling keras di wilayah yang mayoritas non Muslim. Selain itu, tradisi penyambutan tamu undangan sangat baik dengan menampilkan tradisi dan kearifan lokal.
Selain itu, ia juga bangga dengan paguyuban-paguyuban di Kota Saumlaki yang sudah menjamin kehalalan makanan dan minuman bagi para peserta.
Ada juga pengusaha kopi dari Tanimbar di Ambon yang menyumbangkan 200 kilogram kopi bagi para peserta. "Semoga momentum MTQ ini menjadikan kita sebagai orang Basudara untuk membangun Maluku dalam berbagai latar belakang kita yang berbeda," ujarnya.
Dia menyampaikan terima kasih kepada Bupati Kepulauan Tanimbar dan Panitia serta semua masyarakat di Tanimbar yang telah memberikan dukungan yang luar biasa kepada pelaksanaan kegiatan ini.
"Saya juga berterima kasih kepada Gubernur Maluku bersama Ketua Tim Penggerak PKK provinsi Maluku yang telah banyak membantu suksesnya kegiatan ini" tambahnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Junus Batlayeri menyatakan, pemerintah daerah dan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar merasa terhormat saat diberikan kepercayaan sebagai tuan rumah MTQ tingkat Provinsi Maluku XXIX.
"Kita ingin membuktikan bahwa Tanimbar ini tempat untuk menyatukan perbedaan. Maluku terkenal dengan filosofi keibuan bahwa mama berpesan bahwa biar Katong banyak dan berbeda-beda lagi tetapi karena perbedaan itu membuat kita kuat. Ini harus dikembangkan kembali dengan pola karakter kita," katanya.
Wakil uskup wilayah Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, Pastor Simon Petrus Matruty yang dipercayakan oleh Gubernur Maluku sebagai ketua panitia menyatakan, panitia pelaksana MTQ ditetapkan melalui SK Gubernur Maluku nomor 447 tahun 2021 tentang perubahan atas keputusan Gubernur Maluku nomor 526 tentang pembentukan Panitia pelaksana MTQ Ke-29 tingkat Provinsi Maluku tahun ini.
"Saya ketua umum, ketua Klasis sebagai ketua harian, ketua MUI dan sejumlah pejabat SKPD sebagai wakil dan koordinator kepanitiaan di bidang-bidang yang ada. Kami ditunjuk bukan karena tidak ada umat Muslim yang mampu tetapi maksudnya adalah kami dipilih untuk memberikan warna tersendiri kekhususan MTQ," katanya.
Pastor Simon Petrus menyatakan bahwa sesungguhnya jumlah umat Muslim di Tanimbar yang hanya ada 4% itu tidak menjadi penghalang untuk terlaksananya MTQ. Oleh karena itu, umat Katolik, Kristen, Hindu dan Budha turut terlibat aktif dalam menyukseskan kegiatan tersebut. "Kita ingin sukseskan acara ini dengan baik," ujarnya.