Langgur, Maluku Tenggara (ANTARA) - Gubernur Maluku, Murad Ismail bersama Isterinya Widya Pratiwi Ismail, resmi menjadi anak adat masyarakat Suku Kei setelah proses pengukuhan dan penerimaan dilangsungkan oleh Majelis Mariwun Adat (Dewan Adat) Rat Ur Siuw dan Lor Lim di Kepulauan Kei, Jumat (21/7).
Proses pengukuhan dan penerimaan Gubernur Maluku Murad Ismail dan isterinya sebagai anak adat Kei, dilangsungkan di rumah adat Rat (Raja) Famur Danar di Ohoi Danar Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan Maluku Tenggara.
Mewakili Majelis Adat Suku Kei Ur Siuw dan Lor Lim, Rat Yab Faan Patrisius Renwarin menjelaskan, hari ini kita telah melaksanakan mariwun adat dan memutuskan, mengukuhkan Murad Ismail selaku Gubernur Maluku, dikukuhkan sebagai Vis Bad, dan Widya Pratiwi Ismail diterima sebagai Dit Evav.
Pertimbangannya, sebut Patrisius, bahwa Murad Ismail sebagai Gubernur bersama Ibu Widay sudah banyak membantu dan mendukung proses percepatan pembangunan Malra terutama di wilayah Kei Besar.
Kemudian, fakta saat ini Pemda serta masyarakat, terutama di wilayah Kei Besar telah melihat dan merasakan semakin ada perubahan sebagai dampak dari pelaksanaan berbagai program maupun kegiatan pembangunan, sekalipun saat ini masih terdapat kekurangan. Semua ini perubahan baik dan semakin kita rasakan ini, sehingga patut kita syukuri.
Baca juga: Malra ingin wujudkan PPKT Nuhu Yut jadi kawasan strategis nasional
Ia menjelaskan, Vis Bad terdiri dari kata Vis dan Bad, Vis artinya menutupi yang berlubang atau memperbaiki yang rusak, Bad meluruskan kembali yang salah atau alat untuk merajut kembali, maka Vis Bad diartikan sebagai orang yang patut di panuti karena memperbaiki dan memperhatikan masyarakat, serta lainnya yang baik
Sementara Dit Evav bagi Ibu Widya, adalah istilah umum bagi perempuan Kei yang wajib dijaga, dilindungi dan dihormati oleh masyarakat Kei dimana saja berada lebih khusus kaum laki-laki, tukas Patrisius.
Terhadap pemberian gelar adat kepada dirinya bersama istri, Gubernur Maluku Murad Ismail menyampaikan terima kasih kepada pemangku adat dan masyarakat Kei yang telah memberikan apresiasi yang luar biasa tersebut.
“Terimakasi kepada pemangku adat dan masyarakat Kei atas apresiasi ini, dan pemberian gelar ini merupakan amanah yang tidak ringan dan akan berusaha tetap menjaga amanah yang dipercayakan," ucap Murad.
Baca juga: Malra suguhkan kuliner hingga potensi pariwisata lewat VR-3D di APKASI Otonomi Expo 2022
Lanjut Murad, sesuai dengan arti Vis Bad, itu mengandung makna, seseorang yang dipercayakan untuk membenahi kekurangan dan kelemahan menjadi jauh lebih baik, sehingga ini merupakan nilai-nilai kepemimpinan yang sangat penting dan perlu terus di kembangkan, karena tugas utama seorang pemimpin adalah membangun, melayani, dan memperbaiki yang kurang, demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.
Murad dikesempatan yang sama meminta, "dengan mendapatkan gelar yang sakral ini, jangan membiarkan saya sendiri, bantu saya dengan doa agar selalu dituntun menjadi pemimpin yang baik untuk daerah ini,”.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat Maluku Tenggara dan Kota Tual, terutama generasi muda, untuk terus menjaga keberlangsungan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, yang telah digagas oleh para leluhur.
"Kemudian, saya juga berharap agar acara ini, bukan hanya seremonial semata, tetapi juga sebagai bentuk tanggung-jawab moril untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai kepemimpinan yang amanah, penuh rasa tanggung jawab, dan selalu berpihak pada kepentingan rakyat," pungkas Murad.
Baca juga: Bupati Maluku Tenggara minta bantuan penjagaan kawasan konservasi Kei Kecil, begini penyebabnya