Ambon (Antara Maluku) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Hans Liesay menegaskan, banyak pengungsi korban konflik 11 September lalu terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare.
"Kebanyakan pengungsi terserang ISPA dan diare dikarenakan kesulitan air bersih di lokasi pengungsian maupun buruknya sanitasi," katanya di Ambon, Rabu.
Dia mengatakan, kondisi pengungsian tidak seperti di rumah sendiri. Banyak yang mengungsi di bangunan sekolah, kantor dan rumah ibadah, sehingga rentan terserang penyakit.
Hans menjelaskan, dari 485 Kepala keluarga (KK) atau 1.899 jiwa pengungsi Kota Ambon, lima pasien telah dirujuk ke rumah sakit karena menderita penyakit diare dan gangguan pernapasan.
Satu di antara lima pasien itu meninggal dunia pada Sabtu (17/9) karena terlambat dibawa ke rumah sakit dari penampungan pengungsi Masjid Raya Alfatah.
"Empat pasien lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit. Kami berharap kondisi ini dapat segera tertangani dan tidak berubah menjadi kejadian luar biasa," kata Hans.
Dia menegaskan, Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy telah menginstruksikan pihaknya untuk meningkatkan pelayanan secara rutin bagi para pengungsi, sehingga kesehatan mereka terjamin.
Menurutnya, pihaknya mengutamakan pelayanan kesehatan dasar bagi para pengungsi. "Kami mengutamakan pelayanan kesehatan dasar bagi para pengungsi, tetapi jika diperlukan penanganan lanjutan maka langsung dirujuk ke Rumah Sakit," katanya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan seluruh dokter puskesmas untuk memantau kondisi pengungsi setiap hari.
"Petugas datang untuk memeriksa kesehatan dan mendengarkan keluhan dari para pengungsi, guna mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa akibat dampak pengungsian," katanya.
Jika ditemukan ada pengungsi yang sakit maka ditangani secepatnya, apalagi kalau ada yang terserang penyakit menular seperti muntaber, malaria atau demam berdarah, di mana akan diambil tindakan pencegahan agar tidak menular kepada pengungsi lainnya.
Pemkot Ambon, tambahnya, telah mengimbau warga yang tidak menjadi korban konflik dan rumahnya berada di lokasi aman, untuk segera kembali ke rumah masing-masing, mengingat kondisi keamanan semakin kondusif.
"Warga yang mengungsi akibat merasa tidak aman tetapi rumahnya tidak terbakar telah diimbau untuk kembali, sedangkan yang rumahnya habis terbakar akan diawasi kesehatannya terus menerus," ujar Hans.