Ambon (Antara Maluku) - Hasil panen padi dan palawija petani Pulau Buru saat ini enggan dikonsumsi masyarakat setempat karena ramainya isu pencemaran limbah beracun dari hasil pengolahan emas.
"Yang kita lihat, seluruh hasil panen pada wilayah yang pernah melakukan panen raya dan dihadiri Presiden SBY ternyata saat ini sudah tidak laku dijual," kata anggota F-Demkorat DPRD Maluku, Rabea Moein di Ambon, Rabu.
Beberapa waktu lalu, Lembaga Pusat Studi Lingkungan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon melakukan penelitian dan menyampaikan bahwa sudah terjadi pencemaran pada beberapa titik air di sungai Waeapo. Akibatnya, masyarakat enggan memakan beras yang ada di sana termasuk seluruh hasil palawija di daerah itu.
Ia juga mempertanyakan kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) provinsi terkait pencemaran limbah pengolahan emas di Kabupaten Buru.
" Apalagi sekarang ada informasi tentang rencana lima perusahaan besar, dua di antaramya asing, masuk ke areal tambang emas di sana. Ini perlu penjelasan dari Dinas Kehutanan Maluku," katanya.
Rabea mengatakan, aktivitas pengolahan emas di Gunung Botak menggunakan ratusan tong dan jutaan unit mesin tromol berbahan kimia beracun yang ditempatkan sampai ke kawasan pemukiman warga.
"Saya minta DPRD memanggil Bupati Buru untuk mendengar sejauh mana tingkat pencemaran itu terjadi dan dampaknya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan di sana," katanya.
Pertemuan dengan Bupati Buru itu, katanya, perlu dihadiri Bapedalda Maluku, Dinas Kehutanan, Dinas ESDM, dan para peneliti dari Unpatti Ambon.
"Sebab konsep pembangunan Maluku selama ini berbicara tentang program ketahanan pangan, tapi ada yang ditutup-tutupi di Kabupaten Buru. Kalau perlu, DPRD juga bisa membentuk Pansus untuk melihat dampak buruk penambangan emas bagi masyarakat di sana," kata Rabea.
Ia menambahkan, dana yang keluar dari Gunung Botak sudah mencapai triliunan rupiah tetapi masyarakat di sana justru tidak mampu membiayai hidup mereka karena melambungnya harga makanan dan barang
"Ini ironis kan?" katanya.
Warga Enggan Konsumsi Padi Pulau Buru
Rabu, 13 November 2013 17:42 WIB