Ambon (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XX melakukan kegiatan konservasi alat musik tradisional Maluku Totobuang yang merupakan salah satu koleksi Nano Museum Maluku.
"Tim Konservasi BPK Wilayah XX kembali melaksanakan kegiatan konservasi alat musik Totobuang yang merupakan salah satu koleksi dari Nano Museum Maluku, " kata Kepala BPK wilayah XX Dody Wiranto, di Ambon, Senin.
Ia mengatakan, perlindungan dan pemeliharaan alat musik totobuang dilakukan menggunakan bahan kimia berupa soda kue, asam sitrat, minyak singer dan juga menggunakan bahan alami berupa jeruk nipis.
Logam yang telah dibersihkan debu dilakukan aplikasi pasta campuran soda kue dan jeruk nipis.
"Logam yang telah diolesi pasta didiamkan selama 15 menit kemudian dibersihkan menggunakan sikat," katanya.
Proses konservasi ini katanya, dilanjutkan dengan pengaplikasian asam sitrat 5 persen lalu dibersihkan kembali dengan sikat dan amplas.
"Terakhir logam dicuci bersih dengan aquades dan dilakukan pelapisan permukaan totobuang dengan minyak singer. Setelah proses konservasi, alat musik totobuang diletakkan di ruang pameran Nano Museum, " katanya.
Ia menjelaskan, Nano Museum Maluku juga menyediakan buku-buku kebudayaan garapan BPK Wilayah XX.
Terdapat rak artefak-artefak yang ditemukan saat kegiatan pelindungan yang dilakukan BPK Wilayah XX.
"Di Nano Museum Maluku pengunjung bisa belajar dan mendapatkan informasi seputar kebudayaan yang ada di Provinsi Maluku," katanya.
Selain itu, disiapkan layar informasi terkait dengan cagar budaya dan persebaran, warisan budaya tak benda (WBTB), perpustakaan dan agenda BPK Wilayah XX.
Selain itu, disiapkan layar kanal Indonesiana TV dan layar film-film produksi BPK Wilayah XX
“Tidak hanya layar informasi, Nano Museum Maluku juga pamerkan replika Perahu Belang yaitu perahu tradisional Maluku yang memiliki corak belang-belang pada bagian eksterior, dan nani sagu yakni nani sagu adalah proses mengeluarkan isi batang pohon sagu." katanya.