Ternate (Antara Maluku) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Maluku Utara menargetkan sebanyak 42 ribu akseptor baru, kata Kepala Perwakilan BKKBN Malut Ali Hi Ismail di Ternate, Jumat.
Ia mengatakan bahwa dalam upaya memenuhi target tersebut BKKBN setempat bekerja sama dengan TNI dengan menggelar kegiatan bakti sosial di sejumlah daerah terpencil.
"Kegiatan itu guna menyukseskan program pengendalian penduduk, karena targetnya adalah menggaet 42 ribu peserta KB baru," ujar Ali Hi Ismail.
Ia mengatakan Baksos yang dipusatkan di Pantai Sulamadaha, Pulau Ternate, itu berhasil menggaet sebanyak 235 peserta KB Baru, 13 di antaranya merupakan peserta vasektomi (KB-Pria).
Ali Hi Ismail Apalagi yang baru dua pekan lalu dilantik oleh Gubernur Malut itu bersemangat dengan mencanangkan target 100 hari kerja.
"Ini capaian luar biasa, karena Baksos yang digelar di Kota Ternate berhasil mengikutsertakan 13 peserta KB-Pria untuk ikut vasektomi," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan keberhasilan yang dicapai BPKKBD Kota Ternate ini, artinya peserta vasektomi untuk Kota Ternate saat ini tercatat 522 peserta KB-Pria, dari 756 peserta yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Menurut dia, Baksos dengan Tema "Penajaman Sasaran Penggarapan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga" ini menggandeng TNI-AD untuk menyukseskan pencapain target program KB di daerah setempat.
Kegiatan Baksos ini akan tetap berkelanjutan dengan mengakomodir semua program kabupaten/kota dan lintas sektor lainnya dan dalam sebulan ini akan terus dilakukan, sehingga yang dicanangkan bisa diwujudkan.
Sehingga, setelah kegiatan Baksos di Kota Ternate, BKKBN Malut juga akan menjangkau tiga kabupaten/kota di Malut, seperti Kabupaten Halmahera Utara, Kepulauan Sula dan diakhiri di Pulau Oba, Kota Tidore Kepulauan.
Selain itu, kegiatan yang akan berlangsung sampai 31 Oktober 2014 ini, bisa menggandeng seluruh stakeholder dalam dukungannya untuk program KB.
Ali mengatakan target ini juga turut mempengaruhi angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) yang masih stagnan di angka 2,6, sama dengan tahun 2007.
Artinya rata-rata perempuan Indonesia masih memiliki anak 3 sampai 6. Angka ini masih jauh dari target pemerintah untuk mencapai TFR 2,1 di tahun 2014 tahun ini. Belum tercapainya target TFR, juga disebabkan terjadi stagnansi pada pemakaian alat KB (Contraceptive Prevalence Rate/CPR).
"Selama lima tahun ini hanya meningkat 0,5 atau naik dari 57,4 menjadi 57,9. Hal ini terjadi karena banyak peserta KB yang mengalami ketidakberlangsungan (drop out),kegagalan dan efek samping alat kontrasepsi. Stagnansi juga terjadi pada penurunan kebutuhan ber-KB yang tidak terlayani (unmet need) hanya 9,1 (2007) menjadi 8,5 (2012), dengan target 5,0 pada 2014. Ini disebabkan oleh keinginan pasangan usia subur (PUS) untuk memiliki anak lagi sangat tinggi," katanya.
Angka-angka ini menunjukkan program KB yang gencar dilakukan selama lima tahun terakhir kurang berhasil. Data ini juga menggambarkan bahwa target penduduk tumbuh seimbang 1,1 persen di tahun 2015 sulit dicapai.
Sehingga, hubungan antara masalah kependudukan termasuk KB dan kesejahtraan sangat mempengaruhi individu dan keluarga sebagai salah satu investasi dalam memberi pelayanan secara ideal, terutama untuk perencanaan keluarga, pelayanan kehamilan, melahirkan dan kesehatan secara universal.