Ambon (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon terus memperluas ruang partisipasi penyandang disabilitas di dunia kerja, tak hanya lewat pelatihan teknis, tetapi juga dengan mendorong keterlibatan mereka dalam kepemimpinan dan pembangunan kota.
Komitmen itu ditegaskan Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, saat membuka Pelatihan Berdasarkan Unit Kompetensi bagi Penyandang Disabilitas, di Balai Latihan Kerja (BLK) Passo Ambon.
“Program ini adalah wujud tanggung jawab moral dan sosial kami untuk menghapus kemiskinan dan mendorong pemberdayaan penyandang disabilitas agar mereka memiliki kesempatan yang setara,” kata Wattimena, di Ambon, Selasa.
Sejak 2002, Pemkot Ambon telah bekerja sama dengan Rumah Generasi untuk membangun kesadaran dan merancang program inklusi, khususnya bagi kelompok rentan.
Kini, berbagai program strategis terus dikembangkan agar penyandang disabilitas tidak hanya menjadi peserta pelatihan, tetapi juga agen perubahan, termasuk di bidang politik dan kepemimpinan.
Wali Kota mengingatkan bahwa secara nasional, instansi pemerintah wajib mempekerjakan minimal dua persen penyandang disabilitas, sementara perusahaan swasta sebesar satu persen.
Ia mendorong perusahaan-perusahaan di Ambon untuk aktif membuka lowongan yang ramah disabilitas. “Ini bukan sekadar angka, tapi bagian dari pemenuhan hak dasar warga negara,” tegasnya.
Tak hanya keterampilan teknis, Wattimena juga menekankan pentingnya pengembangan soft skill. Ia mencontohkan keberhasilan Putri Adwiani, penyanyi disabilitas asal Indonesia yang mampu menembus panggung internasional.
“Ini bukti bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berprestasi. Kita harus ciptakan lebih banyak ruang seperti itu,” tambahnya.
Diketahui, Pelatihan khusus ini diikuti sebanyak 174 peserta, berlangsung sejak 10 sampai 14 Juni 2025 sebagai bentuk kesiapan untuk mereka bisa memasuki dunia kerja.
Perekrutan peserta dilakukan melalui koordinasi antara Dinas Tenaga Kerja, camat dan lurah di wilayah Kota Ambon, serta didukung oleh Rumah Generasi Ambon.
Data peserta pun disusun secara sistematis untuk memastikan akurasi dan kesesuaian dengan kebutuhan pelatihan. Pelatihan kemudian digelar terbagi dalam dua jenis, yakni pelatihan komputer dan pelatihan keterampilan praktis lainnya.
Untuk pelatihan komputer, sebanyak 24 peserta dibagi ke dalam beberapa kelas dengan jumlah 10 orang per kelas, sementara pelatihan keterampilan praktis berjumlah 150 peserta, yang terbagi dalam tiga kelas masing-masing berjumlah 50 orang.
Demi mendukung kelancaran pelatihan ini, setiap kelompok disabilitas akan didampingi oleh pendamping khusus.
Hal ini dimaksudkan agar para peserta dapat mengikuti pelatihan tanpa kendala serta mendapatkan bantuan teknis dan emosional sesuai kebutuhan.