Ambon, 26/10 (Antara Maluku) - Ketua Umum DPP Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Yusuf Solichien, mengatakan, taraf hidup dan kesejahteraan nelayan Indonesia masih hidup dalam kemiskinan, baik secara kultural maupun struktural.
"Ini menjadi tantangan bagi semua stakeholder untuk bersama memperhatikan pembangunan kelautan dan perikanan, sehingga nelayan lebih bermartabat dan sejahtera," kata Yussuf pada pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Provinsi Maluku, di Ambon, Senin.
Musda HNSI Provinsi Maluku dihadiri Gubernur setempat Said Assagaff.
Menurut Yusuf, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.506 serta panjang garis pantai lebih dari 95.000 km.
Namun, didalam pengelolaannya belum ditangani dengan baik dan profesional, sehingga sebagian besar masyarakat masih hidup memprihatinkan termasuk nelayan Indonesia.
"Taraf hidup dan kesejahteraan nelayan Indonesia masih terjerat kemiskinan kultural maupun struktural," ujarnya.
Mayor Jenderal TNI Marinir (purn) ini menjelaskan HNSI merupakan organisasi masyarakat berbasis nelayan yang telah diformalkan oleh pemerintah.
HNSI bersifat profesi, non politik dan independen.
"HNSI resmi didirikan langsung oleh Presiden RI Soeharto, pada 21 Mei 1973, dan pada zaman Orde Lama, nelayan menjadi salah satu Soko Guru Revolusi. Anggapan yang relevan selama Indonesia tetap menjadi negara maritim," katanya.
Lebih lanjut, Yusuf mengatakan, pergantian pemerintahan Orde Baru, mentransformasikan nelayan sebagai soko guru pembangunan.
"Sebagai negara maritim dan negara agraris, nelayan dan petani adalah pilar negara. Kalau dua pilar ini lemah, maka negara lemah. Karena itu, Presiden Soeharto saat itu menginginkan dua pilar ini harus kuat," ujarnya.
Seiring dengan kondisi sosial politik Indonesia saat itu, HNSI sempat menjadi motor politik Orde Baru, namun dengan bergulirnya era Reformasi, HNSI otomatis menjadi organisasi bersifat profesi, non politik dan independen.
`HSNI memiliki jaringan yang sangat kuat, infrastruktur yang dimilikinya kokoh mulai dari tingkat pusat hingga daerah.
Kini, HNSI memiliki 33 DPD (Dewan Pimpinan Daerah) tingkat provinsi, 359 DPC (Dewan Pimpinan Cabang) tingkat Kabupaten/Kota serta tidak kurang dari 16,2 juta anggota yang berada di sentra-sentra nelayan seluruh Indonesia," kata Yusuf.
Ia menjelaskan, sebagai wadah perjuangan nelayan seluruh Indonesia, HNSI memiliki visi berjuang untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan Indonesia.
Sedangkan, misi, antara lain mengusahakan terlaksananya modernisasi usaha perikanan, memberikan pembinaan bagi masyarakat nelayan dalam bidang penangkapan, budidaya, pengolahan, pemasaran dan kegiatan usaha lain serta mendorong peran koperasi.
"Kita berjuang agar nelayan sejahtera bekerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan," kaya Yusuf.
Selanjutnya, misi lain HNSI, yakni mengusahakan terpenuhinya peningkatan taraf hidup nelayan, seperti sarana-prasarana usaha perikanan, modal usaha, perumahan, kesehatan, pendidikan serta lingkungan hidup yang layak bagi nelayan dan keluarganya.
Peningkatan partisipasi nelayan guna percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional serta memperjuangkan peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan dan perlindungan hukum bagi kepentingan nelayan Indonesia.
"Kami bertekad untuk teruskan perjuangkan nasib nelayan Indonesia agar lebih bermartabat dan sejahtera,"kata Yusuf Solichien.
HNSI: Nelayan Indonesia Masih Hidup Dalam Kemiskinan
Senin, 26 Oktober 2015 14:35 WIB