Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Rosarita Niken Widiastuti mengatakan kekuatan bangsa adalah persatuan, oleh karena itu masyarakat harus cerdas dalam kemajuan teknologi, seperti penggunaan internet.
"Menurut survei yang telah dilakukan, pengguna internet di Indonesia terbanyak adalah generasi milenial yang mencapai 56 persen. Bahkan jumlah perangkat handphone yang beredar di Indonesia sudah melebihi jumlah penduduk Indonesia, sehingga memang ini menjadi peluang besar tersebarnya kabar bohong (hoaks) jika masyarakat tidak cerdas," kata Rosarita pada acara Dialog Publik yang bertajuk "Merawat Kebhinnekaan Melawan Hoax" di Kuta, Bali, Sabtu.
Lebih lanjut Rosarita mengatakan bahwa banyaknya grup WhatsApp juga mempercepat pergerakan informasi, dan ini menjadi tantangan karena kabar bohong sangat berbahaya.
Dikatakan maraknya informasi kabar bohong, khususnya di sosial media saat ini sudah menjadi masalah nasional yang dapat mengakibatkan lunturnya persatuan dan kesatuan NKRI.
Sementara itu, Sekda Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Iswara mengajak seluruh masyarakat untuk cerdas dan bijaksana dalam menggunakan sosial media.
Menurutnya, merawat kebhinnekaan dapat dilakukan dengan memperkuat penanaman pendidikan karakter dan bingkai budaya, artinya ada aturan-aturan dan etika yang harus dijaga sebagai bingkai penyebarluasan informasi.
Rai Iswara mengatakan fenomena pemicu kabar bohong itu bisa tersebar karena karakter masyarakat yang cenderung menyalahkan orang lain, sehingga muncul beragam persepsi publik yang dapat memicu kabar bohong (hoaks).
"Untuk menangkal kabar bohong tersebut, maka acara seperti ini sangat baik dilaksanakan, karena mampu menjadi wadah diskusi dan komunikasi yang positif," ujarnya.
Kepala LPP RRI Denpasar, Sophia Endang Widowati mengucapkan rasa terima kasih atas kehadiran semua pihak dalam acara dialog publik. Dan berharap acara ini mampu memberikan manfaat untuk lebih waspada dalam menerima informasi, dan cerdas menanggapi informasi yang belum tentu kebenarannya.
"Tentu kemajuan teknologi mempunyai mata pisau yang harus lebih cerdas kita manfaatkan, agar teknologi khususnya media sosial mampu merawat kebhinnekaan, bukan justru memecah persatuan bangsa," kata Endang Widowati, menegaskan.