Ambon (ANTARA) - Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Ambon, Roby Sapulette, meminta mahasiswa jangan takut untuk mencatat nomor polisi atau plat nomor angkutan umum (angkot) dan melaporkam yang memainkan tarif lebih tinggi kepada pelajar dan mahasiswa.
"Saya meminta kalau bisa jika ada temuan seperti ini, mahasiswa bisa langsung mengambil data dari mobil itu seperti berapa nomor polisinya supaya nanti kita berikan penindakan karena mereka itu termasuk oknum pengemudi yang nakal," kata Roby di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, meski Pemkot Ambon menyetujui ada kenaikan tarif angkot pada 7 September 2021. Namun, sesuai lampiran keputusan Wali Kota Ambon Nomor 613 tahun 2021 tentang penyesuaian tarif angkot, pelajar dan mahasiswa tidak dikenakan tarif penuh. Tarif untuk mahasiswa dan pelajar hanya 50 persen dibandingkan penumpang umum.
"Regulasi itu kan jelas bahwa tarif pelajar mahasiswa itu tidak boleh lebih dari 50 persen dari tarif umum dan itu berlaku sesuai ketentuan. Kalau ada oknum pengemudi yang naikan tarif angkot sesuka hati pasti kita tindak," tandas Roby.
Sedangkan, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Lin Umagap, menyatakan kerap resah ketika membayar tarif angkot dengan uang pecahan Rp5.000, hanya dikembalikan Rp1.000. Padahal, ia sudah tahu sesuai aturan kenaikan tarif untuk umum Rp4.800 untuk trayek Kebun Cengkeh menuju kampus IAIN, sedangkan untuk mahasiswa seharusnya Rp2.800.
Ia mengaku heran karena sering kedapatan supir angkot malah balik mengomelinya jika membayar tidak sesuai dengan tarif umum. "Kalau kedapatan supir yang mau kita membayar harga tarif angkot sesuai harga biasa, mending jangan naik angkot, naik saja ojek," ujarnya.
Senada dengan Lin, Mahasiswa Unpatti Ambon, Elnino Fofid, mengaku masih sering membayar dengan tarif umum atau penumpang biasa.
"Saya masih sering membayar Rp4.000 lebih. Kadang kalau saya kasih Rp3.000, supirnya bilang kurang seribu," kata mahasiswa jurusan matematika ini.
Ia sangat menyayangkan jika hal ini terjadi terus-menerus. Menurutnya, ini akan sangat menyusahkan mahasiswa.
"Kita ini kan tinggal di kos kosan. Ke kampus harus dengan angkot. Baik kalau yang tinggal dekat kampus, kalau yang kosnya agak jauh, bagaimana lagi?," tujarnya.
Elnino berharap, pemerintah lebih memperhatikan lagi pengemudi angkot seperti ini. "Kalau bisa ya, memutuskan langkah tegas yang membuat supir seperti itu kapok," tegasnya.