Banjir dan Tanah Longsor di Brasil Telan 610 Jiwa
Minggu, 16 Januari 2011 9:56 WIB
Bencana banjir dan tanah longsor di wilayah pegunungan dekat Rio de Janeiro, Brazil telah menelan korban jiwa sedikitnya 610 orang, kata beberapa petugas Pertahanan Sipil, Sabtu (15/1).
Sebanyak 14.000 orang berhasil ditolong petugas pertolongan, tetapi rumah mereka yang berlokasi di kota kecil Serrana lenyap tak berbekas.
Serrana sendiri merupakan daerah paling parah diporakporandakan bencana tersebut.
Ribuan orang di daerah indah itu, yang terkenal sebagai wilayah Serrana, terkucil akibat air banjir dan hubungan telepon serta pasokan listrik putus.
Kota kecil yang juga paling parah dilanda banjir dan tanah longsor adalah Nova Friburgo, tempat 274 orang tewas. Kota Teresopolis, yang berdekatan, telah kehilangan 263 warga, 55 tewas di Petropolis dan 18 lagi tewas di Sumidouro, kata para pejabat.
Hujan lebat mengakibatkan air dari satu sungai menjebol beberapa tanggulnya, sehingga air menenggelamkan mobil dan merusak rumah di Teresopolis, demikian tayangan televisi.
"Saya melihat enam mayat di jalan tempat tinggal saya," kata seorang warga Teresopolis yang bernama Antonio Venancio dan berusia 53 tahun kepada Reuters melalui telepon. Rumah Venancio tertimbun lumpur tapi masih berdiri tegak.
"Kami tak mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi yang sangat mengerikan," katanya.
Gubernur negara bagian Rio de Janeiro Sergio Cabral mengatakan dalam satu pernyataan ia telah meminta Angkatan Laut untuk mengerahkan pesawat guna membawa awak pertolongan dan peralatan ke wilayah tersebut, yang sebagian jalan daratnya dengan Rio terputus.
Di Nova Friburgo, tiga petugas pemadam hilang setelah terkubur oleh lumpur longsor sewaktu mereka berusaha menyelamatkan beberapa korban, demikian keterangan para pejabat pemadam.
Satu rumah tiga-lantai ambruk pada Selasa (11/1), sehingga menewaskan tiga orang, termasuk dua anak kecil.
Bus dan truk terlihat ditinggalkan di jalanan sementara air banjir mencapai jendela kendaraan itu.
Pekerja yang mengangkut mayat mengatakan mereka khawatir jumlah seluruh korban jiwa bisa lebih dari dua kali lipat jumlah saat ini, saat petugas pertolongan mencapai dusun-dusun lain di negeri yang menghadapi banjir terparah sepanjang sejarahnya.