Ambon (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku berkoordinasi dengan pelaku usaha untuk mengawasi rantai distribusi bahan makanan pokok agar harga pangan tetap stabil di wilayah tersebut.
"Karena itu, kalau harganya sudah terus naik di daerah sentra maka kita menjaga jalur distribusi saja agar jangan terhambat," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku Yahya Kotta di Ambon, Minggu.
Pihaknya mengupayakan misalnya agar harga telur ayam ras di Maluku tetap stabil dengan distribusi yang jangan sampai terhambat, untuk mengantisipasi kenaikan harga telur.
Menurut dia, apabila distribusi barang lancar maka masyarakat bisa membeli, dan kalaupun harga terus bergerak naik jangan sampai berlebihan karena pengaruh gangguan distribusi. Sebab, apabila dari daerah sentra telur jalur distribusi dari daerah di Maluku terganggu, berarti harga akan terus akan meningkat.
Dia mengatakan, dukungan dari pelaku bisnis pelayaran yang tergabung misalnya perusahaan pelayaran Spil, Tanto, Meratus, kemudian dari PT Pelni sangat mendukung terkait dengan distribusi barang dari Pulau Jawa.
Dia juga mengakui kalau kenaikan harga telur ayam secara khusus terjadi secara nasional yang diakibatkan karena bahan baku pakan ternak dari sumber jagung naik signifikan di daerah sentra. Kemudian khusus di Pulau Jawa ada kebijakan Kementerian Sosial yang menyalurkan bantuan sosial pemerintah tiga bulan sekali mulai Agustus 2022 cenderung mendorong daya beli masyarakat semakin tinggi termasuk untuk membeli kebutuhan pangan pokok, khususnya di Jawa Timur menyebabkan stok sedikit berkurang.
Dengan demikian distribusi telur ke daerah-daerah termasuk ke Maluku sedikit terkoreksi harganya, walaupun stoknya memang ada tetapi harganya naik.
Hasil pemantauan di lokasi pasar tradisional Kota Ambon seperti pasar Mardika, Batu Merah, Pasar Lama, maupun sejumlah toko swalayan harga telur ayam ras dipatok bervariasi mulai dari Rp2.200 hingga Rp2.300 per butir.
Natsir pedagang Pasar Mardika mengatakan, ia menjual telur dengan harga yang berbeda-beda mulai dari Rp2.000 hingga Rp2.300/butir. Hal ini disebabkan harga ditingkat distributor sekarang ini juga naik mencapai Rp370.000/ikat (180 butir), kemudian di setiap ikat ada saja telur yang rusak, enam hingga tujuh butir.
"Untuk mengantisipasi kerugian maka kita memilah-milah telur dan menjualnya kepada masyarakat bervariasi," ujarnya.
Baca juga: Diperindag Ambon ajukan tambahan kuota minyak tanah, begini tanggapan Pertamina
Disperindag Maluku awasi distribusi pastikan harga pangan tetap stabil, begini penjelasannya
Senin, 5 September 2022 14:15 WIB