Gempa Geser Kepulauan Jepang Sekitar 2,4 Meter
Minggu, 13 Maret 2011 12:36 WIB
Gempa kuat yang baru terjadi di Jepang, salah satu terdahsyat sepanjang sejarah, menggeser posisi negara kepulauan tersebut sejauh sekitar 2,4 meter, menurut Survei Geologi AS (USGS), Sabtu.
"Angka tersebut masuk akal, pergeseran 2,4 meter (delapan kaki) tentu saja baru merupakan perkiraan kasar," kata ahli gempa USGS Paur Earle kepada AFP.
Gempa 8,9 skala Richter pada Jumat memicu terjadinya tsunami yang melanda sejumlah kota di Jepang di pantai timur laut Jepang, menghancurkan semua yang dilewati dalam sebuah tragedi yang menurut Perdana Menteri Naoto Kan merupakan bencana nasional yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Gempa dan pergeseran tektonik itu disebabkan oleh terdorongnya patahan di sepanjang lempeng Pasifik dan Amerika Utara, menurut USGS.
Lempeng Pasifik tersebut menekan lempeng Amerika Utara ke bawah dengan rata-rata pergeseran sejauh 83 milimeter pertahunnya, namun sebuah gempa "dramatis" dapat memicu guncangan yang cukup untuk menggeser lempengan secara drastis, tentunya dengan konsekuensi bencana yang lebih parah.
"Dengan gempa sebesar itu, anda akan mengalami pergeseran yang besar, dalam patahan yang sebenarnya, anda bisa mendapatkan pergeseran 20 meter dari gerakan relatif di kedua sisi patahan," kata Earle.
Ia mengatakan gerakan tersebut dapat dilihat pada kasus Chile dan Indonesia.
Pada Desember 2004, sebuah gempa berkekuatan 9,1 skala Richter mengguncang Sumatra yang diikuti gelombang tsunami, menyebabkan 228.000 orang tewas. Sebuah gempa berkekuatan 8,8 skala Richter yang mengguncang Chile pada Februari 2010 menewaskan lebih dari 500 orang.
"Namun tidak terjadi pergeseran tanah yang serupa pada gempa 7,0 skala Richter yang terjadi di Haiti pada Februari 2010," kata Earle.
"Sebuah gempa 7,0 skala Richter lebih kecil daripada gempa yang baru terjadi di Jepang, kita mendapatkan guncangan pasca gempa yang lebih besar daripada gempa Haiti itu," katanya.
Seorang geofisis USGS, Kenneth Hudnut, mengatakan para pakar membaca data yang meliputi sistem pemindai posisi global (GPS) guna mengetahui bertambahnya pergeseran itu.
"Kami mengetahui adanya pergeseran salah satu stasiun GPS dan kami melihat sebuah peta dari Otoritas Informasi Geospatial (GSI) Jepang yang menunjukkan pola pergeseran dan sesuai dengan perubahan massa Bumi," katanya kepada CNN.