Ambon (Antara Maluku) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Maluku mengeluarkan seruan keprihatinan jelang perayaan Idul Fitri 1434 Hijriah, terutama tentang bencana tanah longsor dan banjir yang menimpa warga di Kota Ambon dan Maluku Tengah.
"Bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa sesama saudara kita di Kota Ambon dan Negeri Lima, Pulau Ambon, Maluku Tengah, hendaknya menjadi keprihatinan bersama untuk digumuli seluruh umat beragama di Maluku," kata Ketua FKUB Maluku, Idris Latuconsina, di Ambon, Rabu malam.
Seruan keprihatinan yang ditandatangani seluruh tokoh agama baik Muskim, Kristen Protestan, Katholik, Hindu dan Budha tersebut, disampaikan ke seluruh Masjid dan Gereja di Maluku untuk dibacakan kepada umat beragama.
Seruan keprihatinan tersebut diantaranya FKUB menyatakan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada warga yang menjadi korban bencana alam banjir maupun tanah longsor sehingga harus kehilangan anggota keluarganya maupun harta benda.
"Selaku umat beragama hendaknya dapat menerima kejadian bencana ini dengan tabah dan tawakal sambil berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan rahmat dan kekuatan untuk melanjutkan kehidupan di hari mendatang. Tuhan Yang Maha Kuasa akan mengabulkan doa hambanya yang taat agar terlepas dari penderitaan dari musibah yang menimpa," ujar Idris.
FKUB juga menyerukan kepada seluruh masyarakat di Maluku untuk memaknai bencana alam tersebut sebagai masalah bersama, serta mengusahakan untuk saling membantu demi meringankan beban penderitaan para korban.
"Doakanlah saudara-saudara kita yang terkena musibah agar mereka diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini."
Selain itu meminta tokoh agama memberikan siraman rohani yang menyejukkan dan menenangkan serta memberikan kesadaran bagi para korban bencana, terlebih khusus khusus mendoakan semoga kehidupan mereka di hari-hari mendatang lebih baik.
FKUB juga mengingatkan pemerintah Maluku, Kota Ambon dan Maluku Tengah agar menyalurkan berbagai bantuan yang diberikan dengan baik, terarah dan merata kepada seluruh korban, di samping mempercepat langkah-langkah penanganan lanjutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Warga juga diminta untuk tetap waspada menghadapi kondisi cuaca yang tidak bersaahabat, terutama hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang, sehingga tidak jatuh korban jiwa yang lebih besar.
FKUB juga menyerukan kepada umat Muslim yang tertimpa bencana dan terpaksa harus merayakan Idul Fitri 1434 Hijriah, di lokasi-lokasi pengungsian untuk tabah menjalani hari-hari hidup yang penuh keprihatinan dan keterbatasan.
"Ini cobaan terberat bagi umat Muslim karena harus merayakan hari kemenangan dengan penuh keprihatinan dan keterbatasan. Allah SWT akan membukakan jalan dan memberikan kehidupan lebih baik bagi umatnya yang tabah menghadapi berbagai cobaan hidup," ujar para tokoh agama dalam seruannya.
Umat Muslim juga diminta untuk tidak merayakan hari kemenangan setelah sebulan menjalani puasa tersebut secara berlebihan, serta menyumbangkan sebagian harta yang dimiliki untuk menolong dan membantu warga yang menderita akibat akibat bencana alam tersebut.
Bencana jebolnya natural Dam Way Ela 25 Juli 2013 mengakibatkan tiga orang hilang dan belum ditemukan hingga saat ini serta 1.027 kepala keluarga (KK) atau 5.530 jiwa penduduk Negeri Lima harus tinggal di tenda-tenda darurat karena rumah mereka rata dengan tanah dan hanyut ke laut.
Bencana alam yang sempat menyedot perhatian masyarakat di berbagai daerah di Indonesia tersebut, juga mengakibatkan sedikitnya 3 warga Negeri Lima hilang dan belum ditemukan, 525 unit rumah rusak dan hanyut ke laut, di samping sejumlah sarana dan prasarana umum seperti jembatan, jalan, air bersih, sekolah, sarana kesehatan hancur.
Sedangkan banjir yang melanda Kota Ambon 30 Juli 2013 dan merupakan terbesar dalam kurun 30 tahun terakhir mengakibatkan 11 orang meninggal dan 2.007 Kepala Keluarga (KK) atau 8.872 jiwa warga mengungsi ke puluhan titik penampungan sementara.